Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor beras lebih sulit dilakukan

JAKARTA: Opsi impor beras tahun depan untuk menjaga pasokan pangan dalam negeri akibat fenomena anomali cuaca diperkirakan tidak akan mudah.Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan negara-negara eksportir beras seperti Vietnam dan

JAKARTA: Opsi impor beras tahun depan untuk menjaga pasokan pangan dalam negeri akibat fenomena anomali cuaca diperkirakan tidak akan mudah.Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan negara-negara eksportir beras seperti Vietnam dan Thailand diperkirakan akan mengerem laju ekspor beras pada tahun depan.Pasalnya, mereka pun berupaya mengutamakan ketersediaan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka terlebih dahulu.Saya baru dari Hanoi, ada semacam sinyal bahwa tidak mudah lagi bagi kita untuk impor beras lagi karena Vietnam dan Thailand sekarang mengerem ekspor beras karena anomali musim di sana, kata Rusman ketika ditemui usai menandatangani MoU akses data dengan Badan Pemeriksa Keuangan, hari ini.Rusman mengatakan negara-negara itu juga harus memperkuat cadangan berasnya. Hal ini, tuturnya, merupakan sinyal bagi Indonesia bahwa tidak akan mudah impor beras tahun depan.Dampaknya, tutur dia, tidak ada jalan lain untuk menjaga ketersediaan beras dalam negeri selain memaksimalkan produksi beras domestik.Lalu bagaimana upaya menjaga suplai tanpa harus impor. Usahanya adalah all out meningkatkan produksi beras dalam negeri, tidak ada jalan lain, katanya.Di sisi lain, ketersediaan beras domestik perlu dipenuhi demi menjaga stabilitas harga. Selama ini, inflasi yang terjadi kebanyakan disumbang oleh kenaikan harga beras.Namun, Rusman menegaskan laju inflasi pada dasarnya tidak dapat dihindari seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi domestik.Memang banyak teori mengatakan inflasi itu musuh negara. Tapi kalau kita melihat anglenya cuma dari inflasi yang naik, itu kurang fair juga. Inflasi naik itu bagus-bagus saja kalau melihat fakta lain bahwa ada dinamika ekonomi yang sedang berkembang, katanya.Menurutnya, kenaikan harga komoditas internasional saat ini juga dipicu oleh pemulihan ekonomi global. Pemulihan ekonomi otomatis menimbulkan ada gairah permintaan dan akibatnya harga komoditas pasti naik, demikian halnya di Indonesia. Jadi jangan kita bicara kita ingin pertumbuhan ekonomi 7% tapi kita ingin inflasinya di bawah 5%, katanya.(mmh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper