Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JAKARTA: Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dan tahun depan diperkirakan tidak setinggi yang diharapkan bahkan bisa lebih rendah dari rata-rata negara-negara berkembang lainnya.

Hal itu merupakan kesimpulan hasil focus group discussion yang dilakukan oleh sejumlah ekonom dari Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) di Jakarta hari ini.

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini diperkirakan hanya akan tumbuh 5,9%, sementara tahun depan laju pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berkisar antara 6%-6,4%.

Sekretaris Jenderal ISEI Anggito Abimanyu mengatakan penentuan batas bawah laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6% disebabkan karena belum membaiknya sektor investasi. "Kalau kita mau melompat pertumbuhan ekonominya, sumber investasi harus naik. Dalam diskusi masih ada yang berfikir, Indonesia belum mengalami perbaikan investasinya," katanya usai diskusi hari ini.

Selain itu, lanjutnya, menurunnya proyeksi laju pertumbuhan ekonomi dunia juga turut memengaruhi pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. "Konsumsi masih akan menjadi kontributor utama, tapi ekspor juga steady dengan pemulihan ekonomi dunia," jelasnya.

Di tempat sama, anggota ISEI lainnya, Didik J. Rachbini menambahkan Indonesia dinilai tidak dapat memanfaatkan secara optimal momentum pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia serta naiknya harga komoditas di 2010 akibat kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak mendukung.

"Pertumbuhan ekonomi akan sedikit naik tahun depan, sebenarnya ini belum optimal karena meskipun momentum ada tapi faktor-faktor birokrasi negara, proses-proses politik dan pasar politik belum mendukung," tambahnya.

Secara rinci, ISEI memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi 2010 hanya akan mencapai 5,9% dengan tingkat inflasi 6,5% y-o-y dan nilai tukar Rp9000 per dollar AS. Sementara defisit anggaran diperkirakan akan sebesar 1,5% dari PDB, cadangan devisa sebesar US$94 miliar, BI rate sebesar 6,5%, dan IHSG sebesar 3.580.

Untuk 2011, ISEI memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi akan berada dikisaran 6%-6,4%, inflasi sebesar 6,2%-6,7% akibat berbagai kebijakan pemerintah di bidang pangan khususnya beras dan energi baik BBM dan TDL yang menciptakan ketidakpastian.

Sementara untuk nilai tukar rupiah diperkirakan di level Rp8.900-Rp9.100 per dollar AS, defisit anggaran 1,5% dari PDB, cadangan devisi mencapai US$104 miliar-US$109 miliar, BI rate 6,5%-6,75%, dan IHSG 4.200. (mrp)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper