JAKARTA: Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) menilai potensi instabilitas ekonomi atau vulnerability pada tahun depan akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini.
Anggota ISEI asal UGM, Sri Adiningsih, mengutarakan lingkungan ekonomi global tahun depan tidak sebaik tahun ini sehingga akan membuat sulit bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri. "Persaingan menarik investasi global semakin sulit karena China akan menerbitkan banyak bond dan saham. Ini akan membuat ancaman resiko jadi lebih tinggi," katanya di Jakarta hari ini.
Selain itu, lanjutnya, potensi untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun depan juga dinilai tidak besar karena tidak akan ada peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia yang signifikan pada 2011. Sementara, laju pertumbuhan ekspor diperkirakan cenderung menurun dan harga komoditas juga diperkirakan turun. "Oleh karena itu, ekonomi Indonesia 2011 akan terjadi pertumbuhan tapi peningkatannya tidak tinggi," ujarnya.
Pada tahun ini, sambung dosen UGM ini, sebenarnya Indonesia memiliki empat hal yang sebenarnya bisa membuat ekonomi Indonesia tumbuh lebih tinggi yaitu harga komoditas dunia yang meningkat, ekspor yang meningkat tajam, pertumbuhan ekonomi dunia yang meningkat, dan derasnya capital inflow. "Tapi pemerintah tidak bisa memanfaatkan potensi itu dengan maksimal," katanya.
Ketidakmampuan tersebut, menurutnya, membuat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak setinggi yang diharapkan dan lebih rendah dari rata-rata negara berkembang lainnya. "Kalau 2009 ke 2010 pertumbuhan ekonomi rata-rata meningkat 4% lebih di mana ekonomi global 2009 kontraksi 2,1% tapi 2010 tumbuh 3,3% sehingga peningkatannya 5,4%. Di negara maju peningkatannya 6,6%, negara berkembang 5,4%, Indonesia hanya 1,4% [dari 4,5% pada 2009 ke 5,9% pada 2010]. Ini sayang sekali dengan lingkungan yang bagus," tuturnya.