Train 3 konstruksinya akan dimulai tahun depan untuk yang 3,8 juta ton lagi. Dengan asumsi dimulai tahun depan, artinya kilang itu kemungkinan baru akan beroperasi sekitar 2014, ungkapnya hari ini.
Sebelum pelaksanaan konstruksi, katanya, Beyond Petroleum (BP) selaku operator harus mengajukan authorization for expenditure dan perencanaan kilang terlebih dahulu kepada BP Migas. Selain itu, BP Migas kini dalam proses reevaluasi terhadap sub service dan hasil seismic untuk meyakinkan apakah kilang LNG train tiga tersebut layak untuk dilanjutkan, termasuk mengenai kecukupan cadangan gas.
Kapasitas kilang, katanya, masih bisa berubah dari rencana awal 3,8 juta ton per tahun sesuai dengan hasil reevaluasi terakhir. Bahkan, kilang tersebut bisa saja batal dilaksanakan jika ternyata berdasarkan reevaluasi tersebut ternyata cadangan tidak memungkinkan untuk mendukung keekonomian proyek.
Kalau ternyata tidak feasible untuk dilanjutkan itu masih bisa batal. Atau kalau misalnya cadangannya hanya cukup untuk kapasitas kilang LNG 2 juta ton per tahun, ya akan disesuaikan dan tidak mungkin dipaksakan 3,8 juta ton. Jadi kelanjutan proyek itu sangat bergantung pada hasil reevaluasi.
Terkait dengan alokasi gas alam cair yang akan diproduksi apabila proyek dilanjutkan, Hardiono mengatakan berdasarkan garis kebijakan pemerintah konsumen domestik akan mendapatkan prioritas, baik untuk pabrik pupuk maupun kebutuhan industri. Namun, untuk menjamin keekonomian proyek hampir dipastikan sebagian hasil produksi akan dialokasikan untuk ekspor.
Untuk menjamin keekonomiannya, sudah pasti ada porsi yang akan diekspor. Kalau ekspor, mungkin ke traditional market seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, katanya.
Hardiono melanjutkan dalam rencana proyek tersebut juga dimungkinkan pemanfaatan kapasitas nasional seoptimal mungkin. Optimalisasi kapasitas nasional yang dimaksud, bisa berupa jasa perbankan, pengusaha nasional, dan barang dan jasa nasional. (aph)