Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

JAKARTA:Kementerian PPN/Bappenas menilai rendahnya realisasi defisit anggaran pada tahun ini yang diperkirakan hanya 1,2-1,3% dari PDB, tidak akan memengaruhi kinerja perekonomian nasional.

Direktur Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Prasetijono Widjojo mengatakan berapapun realisasi defisit tahun ini tidak akan menjadi masalah sepanjang penyerapan defisit sudah tepat sasaran. "Yang penting adalah efektifitas pengeluran betul-betul on target dari sisi sasaran maupun timing-nya, " katanya di Jakarta hari ini.

Dia menjelaskan secara umum kapasitas APBN saat ini hanya 20% dari total PDB sehingga masih terdapat 80% lainnya di luar budget yang memengaruhi kinerja perekonomian nasional. "Apakah itu tenaga kerja, konsumsi masyarakat, dan lainnya," jelasnya.

Terkait rendahnya penyerapan belanja pemerintah, Pras berpendapat hal tersebut tidak bisa serta merta dianggap buruk karena bisa saja anggaran yang belum terserap tersebut hanya merupakan pos-pos anggaran yang tidak memiliki daya dorong terhadap ekonomi. "Bisa saja yang tidak terserap itu anggaran untuk honor atau rapat, tapi kalau yang belum terserap adalah anggaran untuk program-program fisik infrastruktur, itu bisa memengaruhi," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan mengungkapkan defisit anggaran pada 2010 bisa berada di kisaran 1,2% jika pemerintah tidak mampu menghabiskan anggaran belanja hingga Rp90 triliun pada Desember ini.

Agus Suprijanto, Pjs Kepala Badan Kebijakan Fiskal, menuturkan belajar dari pengalaman kinerja belanja negara pada tahun-tahun sebelumnya, maksimal anggaran yang bisa diserap pada bulan terakhir atau desember sekitar Rp67 triliun. Sementara dana belanja negara yang masih belum cair cukup besar dan untuk bisa mencapai defisit anggaran 1,4%-1,5% dari PDB dibutuhkan penyerapan anggaran pada Desember sekitar Rp80-90 triliun.

Tapi tidak tahu bagaimana Desember tahun ini, apakah bisa lebih besar dari itu (Rp67 triliun). Kalau sama di kisaran itu, maka defisitnya bisa sekitar 1,2%-1,3% dari PDB. Kalikan saja dengan nominal PDB kita. Kalau ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper