"Melihat kondisi ekonomi, dan terutama sektor keuangan yang booming karena aliran modal jangka pendek, harusnya target penerimaan pajak bisa terlampau," katanya kepada Bisnis, Selasa siang ini.
Dia menjelaskan sektor perbankan saat ini merupakan sektor yang keuntungannya mengalami peningkatan drastis, begitu juga capital gain di pasar modal juga sangat besar baik yang potensial maupun yang telah direalisasikan. "Sebagai potensi PPh badan dan orang pribadi, itu cukup besar," ujarnya.
Belum lagi, lanjutnya, lonjakan kegiatan ekspor dan impor yang secara kumulatif nai masing 35% dan 40%. "Dari situ terlihat volume perdagangan dan potensi PPN yang sangat besar. Jadi melihat tren ekonomi tersebut, tidak ada alasan bagi target untuk tidak tercapai," tegasnya.
Data Ditjen Pajak per 31 November 2010 mencatat realisasi penerimaan pajak nonmigas mencapai Rp487,13 triliun atau 80,4% dari target APBNP sebesar Rp606,11 triliun. Bila ditambah PPh migas yang sebesar Rp46,43 triliun maka realisasi penerimaan pajak plus PPh migas mencapai Rp474,09 triliun atau 80,7% dari target APBNP 2010 sebesar Rp661,49 triliun.
Realisasi penerimaan masih didominasi oleh PPh nonmigas sebesar Rp264,08 triliun disusul realisasi PPN dan PPnBM sebesar Rp167,32 triliun. Kemudian PBB dan BPHTB sebesar Rp24,77 triliun dan pajak lainnya sebesar Rp3,06 triliun.
Direktur Jenderal Pajak Mochamad Tjiptardjo sendiri mengaku khawatir dengan pencapaian realisasi penerimaan pajak saat ini. Untuk itu, Tjiptardjo sangat bergantung pada realisasi penyerapan belanja anggaran pemerintah pusat dan daerah di akhir tahun fiskal ini.
Menurutnya, realisasi penerimaan pajak tahun ini akan sangat bergantung pada realisasi penyerapan anggaran belanja APBN dan APBD. Artinya, bila realisasi penyerapan anggaran belanja tidak sebesar yang diharapkan, kemungkinan besar pemenuhan target penerimaan pajak pada tahun ini akan kembali shortfall seperti tahun lalu.