Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut Bantah Deal Dagang RI-AS Beri Karpet Merah ke Pihak Asing

Ketua DEN Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pendapat terhadap anggapan pihak asing akan semakin bebas masuk ke pasar Indonesia.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan paparan dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Senayan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Acara yang bertema Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Perang tarif Perdagangan itu dihadiri jajaran menteri, Dewan Ekonomi Nasional, BI, LPS, OJK, dan sejumlah pemangku kepentingan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan paparan dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Senayan, Jakarta, Selasa (8/4/2025). Acara yang bertema Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Perang tarif Perdagangan itu dihadiri jajaran menteri, Dewan Ekonomi Nasional, BI, LPS, OJK, dan sejumlah pemangku kepentingan. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan tidak setuju dengan anggapan bahwa pihak asing akan semakin bebas masuk ke pasar Indonesia, terutama lewat kesepakatan dagang antara RI-AS yang baru-baru ini diumumkan.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa AS dan Indonesia sudah mencapai kesepakatan dagang pada Selasa (15/7/2025) waktu setempat. AS menurunkan tarif impor barang asal Indonesia dari 32% ke 19%, sementara barang ekspor AS ke Indonesia tidak dikenai tarif atau 0%.

Meski barang-barang asal AS menjadi bebas masuk ke pasar Indonesia tanpa hambatan, Luhut meyakini kesepakatan dagang itu tetap berlandaskan kepentingan nasional. Kesepakatan itu, klaimnya, juga bagian dari diplomasi ekonomi dengan visi jangka panjang.

“Kita tidak sedang memberi karpet merah untuk pihak luar, tetapi justru membuka jalan yang lebih besar bagi produk dan pelaku usaha Indonesia untuk bersaing di pasar global," jelas Luhut dalam keterangannya, Kamis (17/7/2025).

Dia mengungkapkan Dewan Ekonomi Nasional telah melakukan simulasi ekonomi dengan dua skenario utama, tarif 32% dan tarif 19%. Kedua skenario ini dianalisis untuk mengukur dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi, investasi, tenaga kerja, dan kesejahteraan masyarakat.

Hasilnya, skenario kedua memberikan dampak ekonomi yang jauh lebih positif produk domestik bruto (PDB) diprediksi naik sebesar 0,5%, penyerapan tenaga kerja tumbuh 1,3%, sementara kesejahteraan masyarakat meningkat sebesar 0,6%.

Simulasi memperkirakan lonjakan investasi hingga 1,6%, yang menunjukkan potensi realokasi industri global ke Indonesia, terutama di sektor-sektor padat karya seperti tekstil, garmen, alas kaki, furnitur, serta perikanan.

“Indonesia menjadi negara dengan tambahan tarif AS paling rendah dibandingkan negara yang memiliki surplus perdagangan dengan AS dan juga diantara negara Asean lainnya. Ini tentunya memberikan kesempatan yang besar bagi Indonesia,” ujar Luhut.

Menurut purnawirawan perwira TNI itu, penurunan tarif ini membuka peluang bagi industri padat karya di Indonesia seperti tekstil dan produk tekstil, alas kaki, serta furnitur untuk memperluas akses pasar di AS.

Trump: AS Memiliki Akses Penuh ke Indonesia

Adapun diberitakan sebelumnya, Trump mengungkapkan bahwa Indonesia telah setuju untuk membeli energi AS senilai US$15 miliar, produk pertanian senilai UD$4,5 miliar, dan 50 pesawat jet Boeing sebagai bagian dari kesepakatan dagang antar kedua negara.

Trump mengatakan bahwa dia telah berunding langsung dengan Presiden Prabowo Subianto untuk menyelesaikan kesepakatan tersebut. Hasilnya, orang nomor satu di AS mengaku akan memiliki akses penuh ke pasar Indonesia.

"Mereka [Indonesia] membayar 19% dan kami tidak membayar apa pun. Kami akan memiliki akses penuh ke Indonesia," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (16/7/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro