Bisnis.com, JAKARTA - Proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya belum ada kabar yang pasti meskipun kerap menjadi perbincangan publik.
Informasi yang beredar pun masih simpang siur di antaranya adalah kereta Jakarta-Surabaya akan dilanjutkan dari Bandung alias dilanjutkan dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) atau menggunakan trase baru.
Jika dilanjutkan dari proyek Whoosh (Kereta Cepat Jakarta-Bandung) maka proyek ini pasti bersinggungan dengan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang saat ini menjadi operator.
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan bahwa keberlanjutan megaproyek itu bergantung pada dukungan pemerintah. Pasalnya, realisasi proyek tersebut membutuhkan investasi jumbo.
"Kereta api cepat itu mahal, tidak semua perbankan atau lembaga keuangan mampu dan mau mendanai Kereta Cepat, makanya di banyak negara penyediaan kereta cepat itu dari pemerintah, tergantung good will pemerintah," kata Dwiyana seperti dikutip dari Antara, Selasa (8/7/2025).
Dia melanjutkan bahwa pemerintah harus berperan seperti pengadaan lahan dan pendanaan sebagian infrastruktur terkait.
Baca Juga
"Jadinya berat kalau semuanya ditanggung KCIC sehingga beban yang harus ditanggung KCIC untuk pengembalian investasinya menjadi lama, ini salah satu pelajaran dari proyek Whoosh kemarin," tambah Dwiyana.
Namun, menurut Dwiyana, sewajarnya bagi KCIC untuk terus berkembang, bukan hanya melayani rute Jakarta-Bandung.
"Kalau secara skala ekonomi memang suatu keharusan untuk ditambah misalnya ke Yogyakarta atau ke Surabaya, tapi semuanya harus tergantung kepada pemerintah," ungkap Dwiyana.
Sementara itu, pihak Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan bahwa belum ada informasi apakah proyek kereta Jakarta-Surabaya akan diserahkan ke perusahaan China - seperti proyek Whoosh - atau Jepang yang mengandalkan Shinkansen.
"Kereta kita akan diskusikan, apa masih China lagi? apa Shinkansen [Jepang]? Tapi kita tawarkan," ujar Menhub Dudy di Jakarta beberapa waktu lalu.
China Masih Jadi Kiblat Kereta Cepat
China tengah mengembangkan kereta peluru yang melayang di atas lintasan alias Magnetic Levitation atau Maglev. Kereta itu diklaim menjadi yang tercepat di dunia saat ini dengan kecepatan 650 kilometer/jam.
Sesuai namanya, kereta Maglev bekerja tanpa roda, melainkan melayang di atas rel menggunakan medan magnet. Teknologi ini memungkinkan kecepatan lebih tinggi dan efisiensi lebih baik dibandingkan sistem rel konvensional.
Jika negara seperti Jepang dan Korea Selatan sudah mengoperasikan Maglev berkecepatan rendah, insinyur China kini mengembangkan kereta Maglev yang diklaim mampu melaju hingga 650 km per jam. Jarak tersebut setara dengan jarak antara Jakarta ke Ponorogo (Jawa Timur).
Prototipe kereta Maglev supercepat ini pertama kali diperkenalkan media pemerintah China pada 2019, bersamaan dengan pembangunan laboratorium riset dan pusat produksi uji coba di Qingdao, kota pesisir di timur China.
Ilustrasi kereta Maglev Shaghai / JIBI
Setelah mengumumkan keberhasilan mencapai kecepatan 650 km per jam pada Juni lalu, pengembang memamerkan kereta tersebut dalam ajang World Congress on High Speed Rail ke-12 di Beijing.
Menariknya, perjalanan dimulai secara biasa di atas roda karet. Namun, begitu kecepatan mencapai 100–200 km per jam, roda akan ditarik dan kereta pun mulai melayang kurang dari satu inci di atas rel.
Direktur Laboratorium Uji Maglev, Li Weichao mengatakan, setelah melayang, kecepatan kereta tinggal menyesuaikan kebutuhan. Menurutnya, kereta ini mampu mencapai 650 km per jam hanya dalam lintasan sejauh 1.000 meter. Namun, kecepatan operasional optimal yang ditargetkan adalah 800 km per jam.
“Seluruh pembangunan dijadwalkan selesai akhir tahun ini. Setelah itu, platform ini akan siap untuk dinyatakan layak operasi. Ini adalah yang tercepat di dunia,” ujar Li mengutip Futurism, Senin (14/7/2025).
Fakta-fakta Kereta Maglev Shanghai dan Shinkansen
Dilansir dari berbagai sumber, Kereta Maglev Shanghai menjadi kereta api maglev komersial pertama di dunia, yang resmi dibuka pada 27 April 2006. Kereta ini secara signifikan mengurangi waktu tempuh penumpang antara Bandara Internasional Pudong dan pusat kota Shanghai.
Dilansir dari chinahighlights.com, kecepatan Kereta Maglev dapat mencapai 431 km/jam (268 mph). Pada 2003, kereta ini tercatat oleh Guinness Book of Records sebagai kereta api tercepat di dunia untuk penggunaan komersial.
Kemudian, Kereta Maglev Shanghai tidak memiliki roda. Kereta ini menggunakan teknologi levitasi magnetik untuk bergerak tanpa menyentuh tanah. Kereta ini juga diklaim ramah lingkungan karena tidak ada gas limbah yang dihasilkan. Bahkan, konsumsi energi lebih rendah jika dibandingkan dengan pesawat terbang.
Sistem perjalanan yang tidak menyentuh rel, membuat suara Kereta Maglev lebih senyap dibandingkan kereta api lainnya. Bahkan ketika kecepatannya mencapai 300 km/jam, tingkat desibelnya hanya sekitar 65 bagi orang yang berada 50 meter dari kereta.
Sementara itu, Jepang mengandalkan Shinkansen sebagai kereta peluru yang mampu melaju hingga kecepatan 320 km/jam. Dilansir dari japan.go.jp, Shinkansen memiliki rekam jejak keselamatan yang luar biasa. Shinkansen yang telah beroperasi selama 50 tahun, lebih dari 18.000 hari, mencatatkan rekor tanpa satu pun korban jiwa penumpang.
Ini merupakan bukti perhatian yang tak kenal kompromi terhadap kualitas dalam pengembangan teknologi dan upaya keras untuk keselamatan dalam pengoperasian oleh semua staf yang terlibat—mulai dari operator kereta hingga teknisi yang merawat kereta, rel, dan peralatan lainnya.
Rekam jejak keselamatan yang kuat membuktikan fokus mereka pada pencegahan bencana. Sistem peringatan gempa bumi Shinkansen selalu berfungsi dengan baik untuk menghentikan kereta dengan aman.
Bodi besar gerbong Shinkansen, yang lebih lebar daripada kereta berkecepatan tinggi lainnya, menawarkan kursi penumpang yang nyaman dan lebar sekaligus memastikan kapasitas penumpang yang besar; kereta standar dengan 16 gerbong dapat mengangkut lebih dari 1.300 penumpang.
Hal ini dimungkinkan karena sejak awal, fasilitasnya dirancang khusus untuk kereta berkecepatan tinggi. Dengan demikian, Shinkansen memiliki keunggulan dibandingkan sistem kereta api negara lain, yang dikembangkan dengan batasan yang diberlakukan oleh standar rel yang ada.