Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia memberikan sejumlah kompensasi kepada Amerika Serikat (AS) sebagai bagian dari hasil perundingan dagang antara Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden AS Donald Trump.
Melalui akun media sosialnya, Trump menyampaikan dengan kesepakatan yang terjadi, Indonesia akan mengimpor energi senilai US$15 miliar atau Rp244,3 triliun dan produk pertanian senilai US$4,5 miliar atau Rp73,3 triliun dari Negeri Paman Sam.
Di luar kesepakatan tersebut, Indonesia juga akan mengimpor 50 pesawat Boeing,yang mayoritas merupakan pesawat penumpang bermesin ganda Boeing 777.
Jenis pesawat ini umumnya digunakan untuk penerbangan jarak menengah dan jarak jauh. Kapasitas jenis ini berkisar 314-396 penumpang.
“Untuk pertama kalinya para peternak, petani, dan nelayan Amerika Serikat akan mendapat akses penuh melayani 280 juta penduduk Indonesia,” tulis Trump, Rabu (16/7/2025).
Amerika Serikat tercatat masih menjadi negara dengan penyumbang surplus neraca perdagangan nonmigas terbesar sepanjang Januari—April 2025, yang mencapai US$6,42 miliar dari surplus RI secara keseluruhan senilai US$11,07 miliar.
Baca Juga
Neraca perdagangan bahkan tetap mencatatkan surplus pada April—walaupun lebih rendah dari surplus Maret 2025—di saat Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif impor ke Indonesia hingga 32%.
“Total nilai ekspor ke Amerika Serikat bulan April 2025 US$2,08 miliar dan total nilai impor dari AS bulan April 2025 US$0,96 miliar,” ujar Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, Senin (2/6/2025).
Diketahui, per April 2025, neraca dagang Indonesia-AS masih surplus US$1,12 miliar. Namun, pencapaian itu lebih rendah dari Maret yang senilai US$1,98 miliar.
Dengan penerapan tarif baru dan kebijakan impor barang, nilai neraca dagang Indonesia-AS berpotensi makin ramping.
Data BPS mengungkap dari 10 komoditas utama impor dari AS ke Indonesia, mesin dan perlengkatan elektrik dan bagiannya (HS 85) mengalami peningkatan hingga 285,89% (MtM) dan 487,34% (YoY).
Kemudian komoditas biji dan buah mengandung minyak (HS 12) tercatat melonjak hingga 118,03% (MtM). Selain itu, komoditas pulp dan kayu (HS 47) nilainya melesat 74,25% (MtM).