Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar dolar AS melanjutkan pelemahan terhadap sejumlah mata uang utama pada awal perdagangan Senin (7/7/2025), di tengah kewaspadaan pasar menjelang tenggat waktu kebijakan tarif Trump yang berakhir pekan ini.
Melansir Reuters, Indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama lainnya termasuk euro, yen, dan franc Swiss, tercatat stagnan di level 96,967. Catatan tersebut sedikit di atas posisi terendah 3,5 tahun di 96,373 yang dicapai pada Selasa pekan lalu.
Sementara itu, pada perdagangan pagi di Asia, dolar AS melemah 0,1% menjadi 0,7939 franc Swiss, mendekati level terendah 0,7869 pada 1 Juli lalu—terendah sejak Januari 2015. Terhadap yen Jepang, dolar juga turun 0,1% ke level 144,49.
Selanjutnya, nilai tukar euro turun tipis 0,1% menjadi US$1,1780, tidak jauh dari level tertinggi 1 Juli 2025 di US$1,1829, yang merupakan posisi terkuat sejak September 2021.
Dolar AS diperdagangkan mendekati posisi terlemahnya terhadap euro sejak 2021, dan menyentuh level terendah terhadap franc Swiss sejak 2015. Tekanan ini terjadi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap dampak ekonomi dari berakhirnya masa penangguhan tarif "Liberation Day" yang diumumkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump selama 90 hari.
Sebagian besar mitra dagang utama AS diperkirakan akan menghadapi kenaikan tarif tajam ketika masa moratorium berakhir pada Rabu (9/7/2025). Hingga saat ini, hanya Inggris, China, dan Vietnam yang telah menyepakati kerangka kesepakatan dagang dengan Gedung Putih.
Baca Juga
Trump mengatakan pada Jumat pekan lalu bahwa dirinya telah menandatangani surat kepada sekitar selusin negara yang berisi rincian tarif baru dan lebih tinggi, yang rencananya akan diumumkan pada Senin. Tarif tersebut akan mulai berlaku pada 1 Agustus mendatang bagi sebagian besar negara mitra.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent juga menyampaikan bahwa sejumlah pengumuman besar akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan.
James Kniveton, Senior Corporate FX Dealer di Convera, dalam catatan untuk kliennya menyebut, volatilitas pasar tampaknya tak terelakkan begitu masa penangguhan resmi berakhir dan level tarif baru diumumkan. Namun, dia menambahkan bahwa dampaknya mungkin tidak sedramatis sebelumnya.
“Berbeda dengan pengumuman sebelumnya yang mengejutkan pasar, kali ini sebagian besar tarif telah diantisipasi. Selain itu, pasar tampaknya mulai memperhitungkan kemungkinan adanya perpanjangan tenggat waktu,” ujarnya.