Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dunia Siaga Aksi Balasan Iran Usai AS Gempur Fasilitas Nuklir

Kendati belum ada aksi langsung terhadap pangkalan militer AS atau penutupan jalur minyak global, pengamat menilai bahwa situasi dapat berubah sewaktu-waktu.
Sebuah rudal yang diluncurkan dari Iran dicegat seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel, 21 Juni 2025. REUTERS/Amir Cohen
Sebuah rudal yang diluncurkan dari Iran dicegat seperti yang terlihat dari Ashkelon, Israel, 21 Juni 2025. REUTERS/Amir Cohen

Bisnis.com, JAKARTA — Dunia kini bersiaga menyusul kemungkinan aksi balasan dari Iran setelah Amerika Serikat (AS) bergabung dalam serangan militer terbesar terhadap Teheran sejak Revolusi 1979, dengan menghantam sejumlah fasilitas nuklir strategis.

Kerusakan di titik-titik serangan terekam melalui citra satelit, salah satunya di fasilitas nuklir Fordow, yang terletak di bawah pegunungan dan menjadi target bom penembus bunker seberat 30.000 pon. Pemerintah Iran menegaskan akan membalas dengan segala cara.

Sebagai langkah awal, Iran membalas dengan meluncurkan gelombang rudal ke wilayah Israel, menimbulkan puluhan korban luka dan meratakan sejumlah bangunan di Tel Aviv.

Kendati belum ada aksi langsung terhadap pangkalan militer AS atau penutupan jalur minyak global, para pengamat menilai bahwa situasi dapat berubah sewaktu-waktu.

Dalam pernyataannya di Istanbul, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menegaskan bahwa segala opsi masih di atas meja. Jalur diplomasi, kata dia, hanya akan dibuka setelah Teheran memberikan respons militer.

“Amerika telah menginjak-injak hukum internasional. Mereka hanya paham bahasa ancaman dan kekuatan,” ujar Araqchi, dikutip Reuters, Senin (23/6/2025).

Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yakni Ali Shamkhani, menulis di platform X (dulu Twitter): “Kejutan akan terus berlanjut!”

Di sisi lain, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan evakuasi keluarga staf diplomatik dari Lebanon dan mengimbau warganya di Timur Tengah untuk membatasi mobilitas dan menjaga profil rendah. Peringatan keamanan domestik juga diperketat, dengan patroli dan pengamanan ditingkatkan di lokasi-lokasi strategis, keagamaan, dan diplomatik.

Dalam pidato televisinya, Presiden AS Donald Trump menyebut operasi militer itu sebagai "sukses besar" dan mengklaim fasilitas pengayaan nuklir Iran telah dihancurkan sepenuhnya. Namun, sejumlah pejabat AS menyampaikan pernyataan lebih berhati-hati.

Selain citra satelit yang menunjukkan kawah besar di Fordow, belum ada laporan resmi yang mengonfirmasi tingkat kerusakan fasilitas tersebut.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan tidak ada lonjakan radiasi yang terdeteksi di luar area serangan. Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi menambahkan bahwa kerusakan di bawah tanah belum bisa diverifikasi.

Seorang pejabat senior Iran mengklaim bahwa sebagian besar uranium yang telah diperkaya tinggi telah dipindahkan sebelum serangan berlangsung, meskipun belum ada konfirmasi independen terkait klaim ini.

Trump menyerukan kepada Iran untuk menahan diri dan memilih jalan damai. “Jika tidak, serangan berikutnya akan jauh lebih besar dan lebih mudah dilakukan,” ujarnya.

Wakil Presiden AS JD Vance menekankan bahwa Amerika tidak sedang berperang dengan Iran, tetapi dengan program nuklirnya. Menurutnya, operasi ini telah mendorong mundur ambisi nuklir Iran dalam jangka panjang.

Ancaman Penutupan Selat Hormuz
Parlemen Iran telah menyetujui langkah awal untuk menutup Selat Hormuz—jalur strategis yang dilalui hampir 25% dari total perdagangan minyak dunia dan berbatasan langsung dengan Oman serta Uni Emirat Arab.

Meski keputusan akhir masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran yang diketuai oleh pejabat pilihan Ayatollah Khamenei, upaya ini dipandang sebagai potensi pemicu gejolak besar di pasar minyak global.

Penutupan jalur ini diperkirakan akan mengerek harga minyak secara drastis, mengguncang perekonomian dunia, dan meningkatkan risiko konfrontasi langsung dengan Armada Kelima Angkatan Laut AS yang ditugaskan menjaga kelancaran lalu lintas di kawasan Teluk.

Analis keamanan juga memperingatkan bahwa bila Iran terdesak, mereka dapat beralih ke strategi tidak konvensional, termasuk serangan bom atau siber.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam wawancara dengan Sunday Morning Futures menegaskan bahwa jika Iran membalas, itu akan menjadi kesalahan terburuk yang pernah mereka buat.

Dalam pernyataan terpisah kepada CBS, Rubio menambahkan bahwa meskipun tidak ada rencana operasi lanjutan saat ini, AS memiliki target lain yang siap diserang jika diperlukan.

“Tidak ada rencana aksi militer tambahan terhadap Iran, kecuali mereka bertindak sembrono,” ujarnya.

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar pertemuan darurat pada Minggu malam waktu New York atas permintaan Iran. Teheran menyerukan agar badan beranggotakan 15 negara itu mengecam tindakan AS yang dinilai sebagai agresi terang-terangan dan ilegal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper