Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja ekspor Thailand mencatat lonjakan terbesar sejak awal 2022. Perusahaan di sana mempercepat pengiriman barang sebelum pemberlakuan tarif impor yang direncanakan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Melansir Bloomberg pada Rabu (18/6/2025), Menteri Perdagangan Thailand Pichai Naripthaphan mengungkapkan ekspor Negeri Gajah Putih melonjak 18,4% secara year on year (yoy) menjadi rekor US$31 miliar pada Mei 2025. Pencapaian ini menjadi pertumbuhan bulanan tertinggi sejak Maret 2022 dan menandai lima bulan berturut-turut pertumbuhan ekspor dua digit.
Sementara itu, data resmi Kementerian Perdagangan menyebut, impor naik 18% menjadi US$29,9 miliar, sehingga menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$1,1 miliar, Thailand mencatat surplus perdagangan dengan Amerika Serikat sebesar US$4,6 miliar, dan defisit sebesar US$4,1 miliar terhadap China pada bulan yang sama.
Lonjakan ekspor ini sejalan dengan tren peningkatan pengiriman barang dari China ke Asia Tenggara. Menurut analisis Nomura Holdings Plc, hal tersebut dapat menjadi indikasi China mulai mengalihkan rute ekspornya ke negara-negara seperti Thailand dan Vietnam guna menghindari beban tarif lebih tinggi dari AS.
Nomura memperkirakan AS dapat menaikkan tarif rata-rata untuk negara-negara Asia Tenggara dari level dasar 10% menjadi sekitar 15,5%. Thailand sendiri menghadapi ancaman tarif hingga 36% dan mulai menggelar negosiasi dagang dengan AS pekan ini guna menurunkan besaran tarif tersebut.
Sekretaris Tetap Kementerian Perdagangan Vuttikrai Leewiraphan menyatakan pada Rabu bahwa proposal Thailand cukup kuat dan berpotensi membawa tarif kembali ke tingkat dasar 10%.
Proposal resmi tersebut akan disampaikan ke Washington pada Jumat, setelah dilakukan pembicaraan teknis pada pekan ini, tambahnya.
AS merupakan pasar ekspor terbesar bagi Thailand tahun lalu, menyumbang hampir seperlima dari total pengiriman keluar negeri. Sepanjang 2024, Thailand mencatat surplus perdagangan sekitar US$46 miliar dengan Negeri Paman Sam.
Kementerian Perdagangan menyampaikan bahwa prospek ekspor pada paruh kedua tahun ini akan sangat dipengaruhi hasil akhir dari negosiasi tarif dengan AS. Pemerintah juga terus memantau potensi dampak dari ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan situasi di perbatasan Thailand-Kamboja terhadap aktivitas perdagangan.