Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Boeing Kirim 130 Pesawat Komersial Sepanjang Kuartal I/2025, Naik 56%

Pengiriman pesawat Boeing selama kuartal I/2025 tercatat naik 56% secara tahunan dari 83 unit menjadi 130 unit
Miniatur Model Boeing yang terpampang terlihat di Pameran Impor Internasional China (CIIE) di Shanghai, China, 6 November 2019./ Reuters - Aly Song
Miniatur Model Boeing yang terpampang terlihat di Pameran Impor Internasional China (CIIE) di Shanghai, China, 6 November 2019./ Reuters - Aly Song

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) Boeing melaporkan pertumbuhan kinerja pengiriman pesawat sepanjang kuartal I/2025.

Berdasarkan laporan perusahaan, jumlah total pesawat komersial yang dikirim Boeing selama kuartal I/2025 mencapai 130 unit. Dari jumlah tersebut, 105 unit adalah pesawat Boeing 737 Max, sementara sisanya terdiri dari model pesawat lain, termasuk Boeing 787 dan 767. Pengiriman pesawat 737 Max menunjukkan kelanjutan dari pemulihan produksi setelah peristiwa penangguhan model ini pada 2019 lalu.

Jumlah pengiriman pesawat ini mengalami peningkatan 56,62% dibandingkan dengan kuartal I/2024, yang tercatat hanya 83 pesawat. Meskipun demikian, Boeing masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan volume pengiriman, khususnya terkait dengan kelancaran produksi pesawat 787, yang masih menghadapi hambatan teknis dan regulasi.

Boeing juga mengungkapkan bahwa meskipun terjadi peningkatan pengiriman, mereka masih memiliki backlog pesanan yang signifikan. Hingga akhir kuartal I/2025, jumlah backlog Boeing tercatat mencapai lebih dari 5.600 pesawat, dengan nilai pesanan mencapai lebih dari US$545 miliar. 

Backlog ini terdiri dari berbagai model pesawat, termasuk 737 Max, 787, dan 777X. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap pesawat komersial Boeing tetap kuat meskipun ada tantangan di pasar.

Dalam hal produksi, Boeing berencana untuk meningkatkan produksi pesawat 737 Max menjadi 38 unit per bulan pada 2025, dengan tujuan untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Selain itu, perusahaan juga berencana untuk melakukan stabilisasi produksi pesawat 787 menjadi tujuh unit per bulan. Hal ini diharapkan dapat mengurangi waktu tunggu bagi pelanggan yang telah memesan pesawat tersebut.

Namun, perusahaan masih menghadapi hambatan dalam hal pengiriman pesawat 787, yang mengalami penundaan akibat masalah teknis terkait kualitas dan persetujuan dari otoritas penerbangan. Meskipun demikian, Boeing berkomitmen untuk menyelesaikan masalah tersebut dan memastikan pengiriman pesawat dilakukan sesuai jadwal.

Boeing juga menghadapi tantangan pasar yang datang dari hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Beberapa maskapai penerbangan di China telah menangguhkan penerimaan pesawat baru dari Boeing, dengan jumlah sekitar 50 pesawat senilai lebih dari US$1 miliar.

Hal ini berdampak pada pengiriman pesawat ke pasar Asia, yang sebelumnya menjadi salah satu pendorong utama permintaan untuk pesawat Boeing.

Sebagai solusi, Boeing melakukan pengalihan pengiriman pesawat, dari yang seharusnya dikirim ke China ke negara-negara lain, seperti India. Pasar Asia Selatan dinilai memberi peluang dan membantu mengurangi dampak dari ketegangan perdagangan antara AS dan China.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper