Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeklaim beras premium Indonesia menjadi primadona di kawasan Asean. Indonesia telah mengekspor ke sejumlah negara di Asia Tenggara.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Dirjen PEN) Kemendag Fajarini Puntodewi mengatakan beras premium dalam negeri diminati Asean.
Sayangnya, Punto tak merinci secara detail berapa volume beras premium yang selama ini diekspor Indonesia. Namun, dia menyebut pasar beras domestik untuk diekspor cukup bagus.
“Itu [beras premium Indonesia] kayaknya masih di Asean. Tapi nanti aku cek lagi ya. Tapi kalau nggak salah masih di Asean,” kata Punto saat ditemui seusai acara Gambir Trade Talk 18 dalam DoubleTree by Hilton Hotel Jakarta, Kamis (24/4/2025).
Punto menyampaikan bahwa sejatinya Indonesia telah mengekspor beras premium dan eksotis.
“Kan kalau beras premium, beras eksotis. Itu sih sudah. Memang kita sudah [ekspor],” ujarnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkap Malaysia berencana untuk mengimpor beras dari Indonesia, lantaran stok yang kurang hingga tingginya harga beras di negara tersebut.
“[Soal pertemuan dengan Malaysia] menarik, tadi menanyakan apa bisa kami [Malaysia] impor beras dari Indonesia?” kata Amran dalam konferensi pers di Kantor Kementan, Selasa (22/4/2025).
Amran menyebut Indonesia untuk sementara waktu belum bisa mengekspor beras. Pasalnya, Indonesia saat ini fokus menjaga stok beras dalam negeri.
“Saya katakan untuk sementara kami menjaga stok dulu. Kita lihat iklim, jangan sampai tidak bersahabat,” ujarnya. Amran mengungkap, harga beras di Negeri Jiran saat ini cukup tinggi lantaran kurangnya pasokan. Dia menyebut, Malaysia saat ini hanya mampu memenuhi sekitar 40%-50% dari kebutuhan nasional.
Beras Diramal Melimpah
Dalam catatan Bisnis, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan total produksi beras Indonesia akan melimpah dan mencapai 16,62 juta ton beras sepanjang Januari—Mei 2025.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan produksi beras dalam negeri akan naik 12,4% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya menyentuh 14,78 juta ton beras. Ini artinya, produksi beras Indonesia akan bertambah 1,83 juta ton.
“Produksi beras sepanjang Januari—Mei 2025 diperkirakan akan mencapai 16,62 juta ton atau mengalami peningkatan sebesar 1,83 juta ton atau 12,40% dibandingkan dengan periode yang sama 2024,” ujar Habibullah dalam Rilis Berita Resmi Statistik BPS, Selasa (8/4/2025).
Jika dilihat sepanjang Maret—Mei 2025, produksi beras diperkirakan mencapai 13,14 juta ton. Produksinya naik 0,62 juta ton atau 4,96% dibandingkan Maret—Mei 2024.
Namun, produksi beras pada periode Maret—Mei 2025 merupakan angka potensi, alias angka ini menggunakan angka potensi luas panen Maret—Mei 2025 dan rata-rata produktivitas subround bersesuaian 2022–2024.
Mengacu hasil amatan survei kerangka sampel area (KSA), potensi luas panen padi pada Maret—Mei 2025 diperkirakan akan mencapai 4,30 juta hektare. Angkanya mengalami peningkatan seluas 0,23 juta hektare atau 5,53% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, luas panen padi sepanjang Januari—Mei 2025 diperkirakan akan mengalami peningkatan seluas 0,64 juta hektare dari 4,83 juta hektare menjadi 5,47 juta hektare. Atau, bertambah 13,29% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
“Angka realisasi bisa lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan angka potensi. Hal ini bergantung pada kondisi pertanaman pada sepanjang Maret—Mei tahun ini,” ungkapnya.
Berdasarkan data BPS, produksi padi sepanjang Maret—Mei 2025 diperkirakan akan mencapai 22,81 juta ton GKG, mengalami peningkatan sebesar 1,08 juta ton GKG atau 4,95% dibandingkan yang sama tahun lalu.
Alhasil, produksi padi sepanjang Januari—Mei 2025 diperkirakan mencapai 28,85 juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi padi bakal naik 3,18 juta ton GKG atau 12,40% dibandingkan Januari—Mei 2024.
Secara umum, sepanjang Maret 2025 potensi panen padi sebagian terkonsentrasi di Pulau Jawa. Mereka di antaranya terdiri dari Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.