Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Masuk RI Diproyeksi Naik di Tengah Perang Dagang

Pemerintah memproyeksi bakal ada peningkatan gelombang investasi ke Indonesia di tengah sentimen perang dagang usai Amerika Serikat (AS).
Kendaraan melintas dengan latar belakang jajaran gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (1/3/2025). Pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2025 akan mencapai 5%, terutama didorong oleh momen Ramadan dan Lebaran. / Bisnis-Abdurachman
Kendaraan melintas dengan latar belakang jajaran gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (1/3/2025). Pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2025 akan mencapai 5%, terutama didorong oleh momen Ramadan dan Lebaran. / Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memproyeksi bakal ada peningkatan gelombang investasi ke Indonesia di tengah memanasnya sentimen perang dagang usai Amerika Serikat (AS) menetapkan sejumlah pengenaan tarif baru.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag), Djatmiko Bris Witjaksono menyebut gelombang investasi ke Indonesia diproyeksi akan dikontribusi dari sejumlah negara di Asia. 

“Ada satu hasil kalkulasi yang kita peroleh, bahwa justru dengan penerapan tarif ini juga akan meningkatkan kesempatan kegiatan investasi. Secara kuantitatif, tidak disebutkan angkanya berapa tapi diprediksi akan meningkatkan aliran investasi Asia ataupun FDI,” kata Djatmiko dalam Konferensi Pers di Jakarta, Senin (21/4/2025). 

Djatmiko menjelaskan, aliran investasi itu akan datang ke Indonesia usai AS benar-benar akan menerapkan tarif resiprokal. Di mana, semulanya dijadwalkan berlaku pada 9 Juli namun diundur hingga 90 hari mendatang.

Meskipun demikian, Kemendag juga menyoroti penerapan tarif baru AS ini bakal membawa dampak negatif pada kinerja ekspor – impor antara Indonesia dan AS. 

“Yang 32% (tarif resiprokal) instead of 10% (tarif dasar baru), nanti dampaknya terhadap masing-masing sektor seperti apa, itu tentu akan menjadi tekanan terhadap kegiatan ataupun kinerja ekspor atau impor Indonesia dengan Amerika Serikat,” tegasnya.

Sejalan dengan hal itu, sebelumnya Djatmiko menyebut selama 10 tahun terakhir semakin intensif yang terbukti ada berbagai perjanjian bilateral ataupun regional yang berhasil dicapai.

Perinciannya, seperti Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Indonesia-EFTA CEPA, Indonesia-Chila CEPA, Indonesia-UAE CEPA, Indonesia-Canada CEPA, dan Indonesia-Korea CEPA. 

Kemudian, juga ada Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), ASEAN HK, ASEAN China FTA, ASEAN Korea FTA, ASEAN Japan CEP, Indonesia-Pakistan PTA, Indonesia-Iran PTA, serta Indonesia-Mozambique PTA.  

“Akan ditandatangani segera Indonesia-Tunisia PTA, dan dituntaskan Indonesia-EAEU FTA, Peru CEPA, GCC, Turki, Srilanka,” ungkapnya.

Untuk diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menerapkan kebijakan tarif timbal balik atau tarif resiprokal kepada seluruh negara mitra dagang AS, termasuk Indonesia.

Adapun, besaran tarif yang dikenakan kepada negara mitra dagang bervariasi. Indonesia sendiri ditetapkan kena tarif sebesar 32%.

Namun, pada perkembangan terakhir, Trump mengumumkan penundaan sementara selama 90 hari atas kebijakan tarif impor "balasan" terhadap puluhan negara mitra dagang. 

Melansir Bloomberg, (9/4/2025) Trump dalam pernyataan resminya, menyebut penundaan ini sebagai strategi untuk memberikan ruang negosiasi bagi negara-negara yang terkena dampak. 

Dari total 75 negara mitra dagang AS yang disebutnya mengajukan permintaan pembicaraan ulang, sebanyak 56 negara secara spesifik tercantum dalam daftar Gedung Putih sebagai pihak yang dikenai tarif balasan atau tarif resiprokal dengan besaran bervariasi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper