Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hipmi Sebut Jakarta Masih Jadi Pusat Ekonomi Nasional, Tapi…

Kota-kota penyangga seperti Bumi Serpong Damai atau BSD, Karawang, dan Ibu Kota Nusantara (IKN) mulai dilirik sebagai alternatif baru pusat ekonomi.
Kemacetan parah di ruas Tol Wiyoto Wiyono ke arah di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Kamis (17/4/2025). Dok TMC Polda Metro Jaya
Kemacetan parah di ruas Tol Wiyoto Wiyono ke arah di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Kamis (17/4/2025). Dok TMC Polda Metro Jaya

Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau Hipmi menilai Jakarta tetap menjadi pusat ekonomi nasional, tetapi posisinya mulai goyah oleh wilayah penyangga lainnya.

Sekjen Hipmi Anggawira menjelaskan meskipun infrastruktur, jaringan bisnis, dan peluang kerja menjadi keunggulan Jakarta, tetapi masalah klasik seperti kemacetan, biaya hidup tinggi, dan tekanan urbanisasi perlahan menggerus daya tariknya.

Anggawira menyebut kota-kota penyangga seperti Bumi Serpong Damai atau BSD, Karawang, dan rencana besar Ibu Kota Nusantara (IKN) mulai dilirik sebagai alternatif baru.

Sejauh ini, Jakarta memang masih mampu menyerap tenaga kerja, terutama di sektor jasa, teknologi, kreatif, dan informal. Namun, dengan kompetisi yang kian ketat. 

Otomatisasi dan digitalisasi membuat banyak pekerjaan lama ditinggalkan, sementara keahlian baru belum dimiliki sebagian besar angkatan kerja.

“Jakarta masih bisa menampung tenaga kerja tapi tidak semua bisa langsung terserap. Butuh peningkatan skill, adaptasi cepat, dan kesiapan mental menghadapi industri yang terus berubah,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip Jumat (18/4/2025).

Anggawira melihat sektor digital, startup, logistik, dan industri kreatif masih tumbuh dan membuka peluang besar. Namun, sektor padat karya seperti manufaktur mulai bergeser dari Jakarta ke wilayah lain dengan biaya operasional lebih rendah.

Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian atau mismatch antara kebutuhan industri dan kompetensi tenaga kerja yang ada.

Selain itu, dia juga membenarkan bahwa perusahaan-perusahaan masih melakukan efisiensi, terutama pasca pandemi. Digitalisasi mempercepat otomatisasi dan mengurangi kebutuhan tenaga kerja di beberapa lini.

“Namun, HIPMI menilai ini bukan sekadar ancaman, tapi juga peluang. Justru di sinilah pentingnya reskilling dan dorongan untuk kewirausahaan,” imbuhnya.

Untuk meningkatkan peluang kerja, Hipmi mengusulkan langkah konkret seperti mendorong pertumbuhan UMKM dan startup, memberikan insentif bagi perusahaan pencipta lapangan kerja, serta menyederhanakan regulasi agar usaha makin mudah tumbuh.

Selanjutnya pendidikan vokasi dan pelatihan ulang juga perlu dipercepat agar SDM bisa mengikuti perubahan industri.

Tak hanya itu, Anggawira juga mengatakan membangun pusat ekonomi baru di luar Jakarta bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. 

Kota-kota seperti Bandung, Surabaya, Makassar, hingga IKN harus dilengkapi dengan infrastruktur dan ekosistem bisnis yang kuat agar mampu menyerap pertumbuhan ekonomi yang selama ini bertumpu di Jakarta.

Oleh karena itu, agar dunia usaha kembali ekspansif dan membuka lapangan kerja, dia menekankan menekankan perlunya kepastian hukum, regulasi yang ramah bisnis, stabilitas ekonomi-politik, serta sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga pendidikan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper