Bisnis.com, JAKARTA - Indeks saham Wall Street mencatatkan kenaikan atau rebound tertinggi sejak krisis 2008 setelah Presiden AS Donald Trump menunda pemberlakukan skema tarif impor timbal balik (reciprocal tariff) selama 90 hari sebagai tanggapan atas pendekatan dari puluhan negara.
Presiden Trump mengumumkan penangguhan tarif selama 90 hari untuk banyak negara mitra dagang AS, tetapi menaikkan pungutan impor China menjadi 125%.
Treasury jangka pendek merosot, membalikkan kenaikan sebelumnya, karena investor mengurangi pertaruhannya terhadap penurunan suku bunga dan dolar AS menguat terhadap mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss.
Volatilitas di seluruh Wall Street kali ini belum pernah terjadi sebelumnya, dikutip dari Bloomberg pada Kamis (10/4/2025). Indeks VIX, yang dikenal sebagai pengukur ketakutan di Wall Street, anjlok paling besar dalam catatan, sementara Treasury tidak pernah berfluktuasi begitu liar, dengan imbal hasil 2-30 tahun berayun lebih dari 0,3 poin persentase pada hari Senin dan Rabu. Keduanya belum pernah mengalami pergerakan ekstrem seperti itu pada saat yang sama sejak pencatatan dimulai pada 1998.
Berita tentang jeda ini membawa kelegaan tiba-tiba ke pasar. Indeks S&P 500 ditutup melesat 9,5%, sementara Nasdaq naik 12,2% dalam kenaikan satu hari terbesar sejak 3 Januari 2001, dan terbesar kedua dalam catatan sejarah setelah Trump mengumumkan menunda aturan tarif impor.
Namun, para investor mengatakan bahwa ketidakpastian mengenai rencana jangka panjang untuk tarif masih ada.
Baca Juga
“Ini adalah momen penting yang kami [investor] tunggu-tunggu,” kata Gina Bolvin, presiden Bolvin Wealth Management Group di Boston dilansir dari Reuters, Kamis (10/4/2025). “Waktunya sangat tepat, bertepatan dengan dimulainya musim laporan keuangan.”
Namun, dia mengatakan ketidakpastian membayangi apa yang akan terjadi setelah periode 90 hari, membuat para investor bergulat dengan potensi volatilitas di masa mendatang.
Periode pelaporan kuartal I yang akan datang akan memberikan lebih banyak wawasan tentang kesehatan perusahaan-perusahaan di Amerika, dengan beberapa bank AS, termasuk JPMorgan Chase, yang akan melaporkan hasil laporannya pada Jumat (11/4/2025).
Harga patokan US Treasury untuk periode di 10 tahun ke atas juga telah memangkas kerugian sebelumnya setelah Departemen Keuangan AS melihat permintaan yang kuat dalam lelang surat utang sore hari.
Imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun naik 6,8 basis poin menjadi 4,328%. Sebelumnya mencapai 4,515%, tertinggi sejak 20 Februari. Adapun, imbal hasil obligasi bergerak berlawanan dengan harga.
Aksi jual yang tajam pada harga Treasury minggu ini dan laporan likuidasi obligasi dalam jumlah besar telah meningkatkan kekhawatiran tentang memburuknya likuiditas pasar.
Meski menunda pemberlakukan tarif resiprokal selama 90 hari, Trump justru membunyikan genderang perang dagang lantaran menaikkan tarif impor dari China karena "kurangnya rasa hormat" dari pemerintah Beijing.
"Berdasarkan fakta bahwa lebih dari 75 Negara telah memanggil Perwakilan Amerika Serikat, termasuk Departemen Perdagangan, Keuangan, dan [Perwakilan Dagang AS], untuk merundingkan solusi atas pokok bahasan yang sedang dibahas terkait Perdagangan, Hambatan Perdagangan, Tarif, Manipulasi Mata Uang, dan Tarif Non Moneter, dan bahwa Negara-negara ini tidak, atas saran saya yang kuat, membalas dengan cara, bentuk, atau cara apa pun terhadap Amerika Serikat, saya telah mengesahkan Penghentian selama 90 hari, dan Tarif Timbal Balik yang diturunkan secara substansial selama periode ini, sebesar 10%, yang juga berlaku segera," tulis Trump di media sosial Truth dikutip dari New York Post, Kamis (10/4/2025).
Berdasarkan kurangnya rasa hormat yang ditunjukkan China kepada Pasar Dunia, lanjut Trump, pihaknya akan menaikkan Tarif yang dikenakan Amerika Serikat kepada China menjadi 125%, yang akan berlaku dengan segera.
"Pada suatu saat, mudah-mudahan dalam waktu dekat, China akan menyadari bahwa hari-hari menipu AS dan Negara-negara lain tidak lagi dapat dipertahankan atau diterima," pungkas Trump.