Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja impor pada Februari 2025 mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,18% secara bulanan, dibandingkan Januari 2025 yang terkontraksi 15,18%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan nilai impor tercatat mencapai US$18,86 miliar, yang disumbangkan dari nilai impor minyak dan gas (migas) yang melesat 15,5% secara bulanan (month to month/MtM) atau senilai US$2,87 miliar.
Selain itu, nilai impor nonmigas menyumbang senilai US$16 miliar atau dengan peningkatan sebesar 3,52% MtM.
“Peningkatan nilai impor bulanan didorong peningkatan nilai impor nonmigas yang andilnya sebesar 3,03% MtM dan nilai impor migas dengan andilnya sebesar 2,14%,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (17/3/2025).
Komoditas utama nonmigas yang menjadi penopang impor Februari 2025, yakni mesin/peralatan mekanis senilai US$2,47 miliar, mesin/perlengkapan elektrik senilai US$2,29 miliar.
Kemudian komoditas kendaraan dan bagiannya senilai US$0,92 miliar turut menjadi penopang impor Februari 2025.
Baca Juga
Menurut penggunaan, peningkatan secara bulanan ini ditopang oleh impor bahan baku/penolong dan barang modal.
Di mana bahan baku/penolong yang menyumbang setidaknya 73,9% dari total impor, pada Februari 2025 mengalami peningkatan sebesar 7,44%.
Amalia menjelaskan di tengah kenaikan impor tersebut, barang konsumsi justru menunjukkan tren penurunan impor yang sebesar 10,61% MtM dan 21,05% secara tahunan atau year on year (YoY).
Secara bulanan, penurunan impor barang konusmsi terbesar terjadi pada komoditas Frozen Bondless Meat of Bovine Animals (HS 0202.3000), dengan nilai impor turun US$45,3 juta dari bulan sebelumnya.
Kemudian barang konsumsi yang mengalami penurunan yakni komoditas Semi-Milled or Wholly Milled Rice (HS 1006309) yang nilai impornya turun US$37,07 juta dibandingkan bulan Januari 2025.
Secara kumulatif, total impor sepanjang Januari dan Februari 2025 turun sebesar 0,36% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Andil utama penurunan nilai impor tersebut disumbang oleh impor barang konsumsi yang kontraksi sebesar 1,4%.