Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mentan Amran: Stok Melimpah, Harga Beras Tidak Boleh Naik

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menekankan harga beras jangan sampai naik di tengah melimpahnya stok.
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mewanti-wanti agar beras tidak boleh mengalami lonjakan harga. Pasalnya, produksi beras dalam negeri berpotensi naik 52%.

Menyitir Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Kamis (6/3/2025) pukul 21.28 WIB, harga rata-rata beras premium di tingkat konsumen adalah Rp15.547 per kilogram secara nasional. Harga beras premium paling mahal tembus Rp18.556 per kilogram di Papua Barat, sedangkan termurah di Aceh senilai Rp14.624 per kilogram.

Sebagai gambaran, harga eceran tertinggi (HET) beras premium terbagi mejadi tiga zona. Perinciannya, zona 1, zona 2, dan zona 3 masing-masing sebesar Rp14.900 per kilogram, Rp15.400 per kilogram, dan Rp15.800 per kilogram.

Sementara itu, harga rata-rata beras medium di tingkat konsumen naik menjadi Rp13.696 per kilogram secara nasional. Terpantau, Papua Barat menjadi provinsi dengan harga beras medium termahal, yakni Rp17.375 per kilogram, sedangkan harga beras medium termurah dibanderol Rp12.237 per kilogram di Sumatra Selatan.

Untuk HET beras medium, zona 1, zona 2, dan zona 3 masing-masing adalah Rp12.500 per kilogram, Rp13.100 per kilogram, dan Rp13.500 per kilogram.

“[Harga] beras tidak ada alasan untuk naik. Produksi [beras] kita naik 52% dan stok melimpah, jadi tidak boleh ada lonjakan harga,” kata Amran dalam keterangan tertulis, Kamis (6/3/2025).

Selain beras, Amran juga meminta agar harga minyak goreng tidak mengalami kenaikan. Ini mengingat, Indonesia merupakan produsen minyak terbesar dunia.

“Seharusnya tidak ada kenaikan harga [minyak goreng] meskipun kecil,” imbuhnya.

Ke depan, Amran menyampaikan bahwa pemerintah akan melakukan inspeksi mendadak (sidak) hingga Lebaran untuk memastikan harga tetap stabil. Dia menekankan, jika ditemukan pengusaha yang menjual di atas HET, maka akan diberikan sanksi yang tegas, termasuk penyegelan dan pencabutan izin usaha sesuai kesepakatan dengan Kapolri.

Di samping itu, pemerintah juga menggencarkan upaya stabilisasi harga pangan menjelang Hari Raya Idulfitri atau Lebaran. Dalam hal ini, pemerintah akan membuka 4.800 gerai pangan di seluruh Indonesia guna menekan harga kebutuhan pokok.

Adapun, ribuan gerai itu akan dikelola bersama oleh sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) dan kementerian terkait, termasuk RNI, Bulog, PPI, PT Pos, dan Berdikari.

“Kami akan menjual pangan di bawah harga eceran tertinggi [HET]. Tidak boleh ada pengusaha yang menjual di atas HET. Jika ada [yang menjual di atas HET], akan ditindak,” pungkasnya.

Produksi Melimpah

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras dalam negeri mencapai 13,95 juta ton sepanjang Januari—April 2025. Potensi produksi beras yang melimpah ini diperkirakan menjadi yang tertinggi sejak 2019.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, produksi beras diperkirakan meningkat sebanyak 2,88 juta ton beras atau sebesar 25,99% dibandingkan Januari—April 2024. Adapun, pada periode yang sama tahun lalu, produksi beras hanya mencapai 11,07 juta ton.

“Produksi beras sepanjang Januari—April atau subround I 2025, diperkirakan akan mencapai 13,95 juta ton atau mengalami peningkatan sebsar 2,88 juta ton atau naik 25,99% dibandingkan periode yang sama 2024,” kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (3/3/2025).

Pada Januari 2025, produksi beras untuk konsumsi pangan diperkirakan mencapai 1,24 juta ton atau mengalami peningkatan 42,21% dibandingkan Januari 2024 yang sebesar 0,87 juta ton.

Sementara itu, potensi produksi beras sepanjang Februari—April 2025 diperkirakan mencapai 12,71 juta ton. Produksinya naik 2,51 juta ton atau sebesar 24,60% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Alhasil, data BPS menunjukkan potensi produksi beras sepanjang Januari—April 2025 diperkirakan menjadi yang tertinggi dalam 7 tahun terakhir.

Tercatat, total produksi beras Januari—April atau subround I 2025 diperkirakan mencapai 13,95 juta ton beras, sedangkan pada periode yang sama 2019 pernah mencapai 13,63 juta ton beras.

Bahkan, potensi produksi beras sepanjang 4 bulan pertama 2025 hampir mengejar produksi pada Januari—April 2018 yang mencapai 14,79 juta ton.

“Jika dibandingkan dengan realisasi produksi pada tahun-tahun sebelumnya, potensi produksi beras sepanjang Januari—April 2025 diperkirakan tertinggi yang tertinggi dalam 7 tahun terakhir atau sejak 2019,” ungkapnya.

BPS menyebut, potensi produksi beras sejalan dengan potensi produksi padi yang diperkirakan akan mencapai 24,22 juta ton gabah kering giling (GKG) pada Januari—April 2025. Angkanya mengalami peningkatan 5 juta ton GKG atau sebesar 26,02% dibandingkan dengan peridoe yang sama tahun lalu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper