Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Tetap Impor 200.000 Ton GKM di Tengah Produksi Gula Melimpah

Pemerintah tetap mengimpor GKM sebanyak 200.000 ton pada 2025, di tengah produksi gula dalam negeri melimpah tahun ini.
Pedagang mengemas gula pasir di Pasar Minggu, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pedagang mengemas gula pasir di Pasar Minggu, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Holding Perkebunan PTPN III (Persero) mengungkap alasan pemerintah tetap membuka keran impor gula kristal mentah (GKM) sebanyak 200.000 ton pada 2025. Padahal, produksi gula dalam negeri tahun ini melimpah dan merupakan capaian tertinggi sejak 1931.

Direktur Utama PTPN III Abdul Ghani mengungkap saat ini stok gula kristal putih (GKP) dalam negeri mencapai lebih dari 1 juta ton secara nasional, dengan kebutuhan konsumsi sebanyak 230.000 ton GKP per bulan. Ini artinya, stok gula nasional bisa memenuhi kebutuhan selama 3–4 bulan.

Bahkan, dalam tiga bulan ke depan, Indonesia akan kembali memproduksi sekitar 150.000–200.000 ton gula pada Mei mendatang. Dengan kata lain, produksi ini mendekati kebutuhan satu bulan.

Namun faktanya, pemerintah tetap mengimpor 200.000 ton GKM. Meski demikian, Abdul menyatakan PT Rajawali Nusantara Indonesia alias ID Food tidak akan mendistribusikan gula impor itu ke pasar, melainkan disimpan untuk cadangan pemerintah.

Dia menjelaskan, importasi itu sekaligus untuk meyakini masyarakat agar tidak panic buying.

“Tapi kenapa kok pemerintah mengimpor [gula]? Pemerintah ingin memastikan meskipun kita punya stok 3 bulan, bahkan hampir 4 bulan, tapi pemerintah perlu menyiapkan kalau terjadi apa-apa. Paling enggak untuk meyakinkan market supaya tidak panik,” kata Abdul dalam konferensi pers Ketersediaan Stok dan Stabilitas Harga Pangan Selama Ramadan dan Idulfitri di Media Center Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (27/2/2025).

Di sisi lain, Abdul meyakini produksi gula nasional sudah mencukupi kebutuhan di sepanjang tahun ini. Bahkan, ungkap dia, Indonesia di tahun ini akan merayakan tahun tertinggi produksi gula sejak 1931.

“Karena sejak 1931, produksi gula terbesar di Indonesia pada 2012, yaitu 2,58 juta ton. Tahun lalu [2024] kita sudah memproduksi gula 2,47 ton, tahun ini mungkin ada 2,7 juta ton—2,8 juta ton. Jadi kita tahun ini akan merayakan produksi gula terbesar 96 tahun. Tentu ini kontribusi petani sangat besar,” ungkapnya.

Dengan kata lain, Abdul menambahkan, produksi gula yang melonjak di tahun ini akan mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat. Dia juga menyebut produksi gula nasional dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

“Industri gula di Indonesia sudah bangkit dan untuk tahun ini insya Allah kita gak memerlukan [impor], kalaulah impor sifatnya cadangan,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama ID Food Sis Apik Wijayanto mengatakan pihaknya mendapatkan penugasan untuk importasi gula dengan kuota 200.000 ton GKM. Adapun, saat ini ID Food tengah mencari importir gula dengan harga yang terjangkau.

Terlebih, produksi dalam negeri akan mulai menggiling tebu sekitar Mei dan ID Food berkomitmen menjaga harga tebu lokal tidak jatuh.

“Kami saat ini melakukan juga negosiasi [GKM] dari beberapa sumber, mana-mana yang kira-kira tersedia dan harganya juga tidak mahal. Jadi harapannya adalah pada saatnya nanti, harga juga tidak bergejolak,” jelas Sis.

Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyampaikan persetujuan impor gula dari Kemendag masih dalam proses, meski keran impor 200.000 ton GKM sudah diputuskan dalam rapat koordinasi terbatas (rakortas).

Arief menargetkan 200.000 ton GKM impor itu masuk ke Indonesia sebelum masa panen tebu lokal pada periode April—Mei 2025.

“April Mei itu tebu lokal panen, fokus tebu lokal. Jadi jangan sampai nanti ada impor [200.000 ton GKM], tebu lokal harganya rendah,” ujar Arief di Kantor Bapanas, Jakarta, Rabu (19/2/2025).

Untuk itu, Bapanas mendorong kementerian teknis atau Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk segera mengeluarkan rekomendasi teknis (rekomtek) importasi sehingga Kemendag dapat mengeluarkan persetujuan impor gula.

Adapun, alasan rekomtek berada di kementerian teknis untuk mendorong produksi dalam negeri. “Kalau produksi dalam negeri sudah naik, maka impor harus diturunin. Kalau poduksi jatuh maka perlu naikin impor, rekomendasinya kementerian teknis,” tandasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper