Misalnya saja, kata dia, kebijakan pembatasan impor jagung pada 2016 sempat turun 2,17 juta ton. Namun di saat yang bersamaan terjadi lonjakan impor gandum yang naik 3 juta ton karena untuk menggantikan jagung pakan.
Eliza mengatakan perlu dipastikan strategi untuk meningkatkan produksi dalam negeri, sehingga volume impor bisa berkurang. Jika ingin meningkatkan produksi, kata dia, maka langkah awalnya adalah dengan memberikan kepastian harga dan pasar kepada petani.
“Niat baik menyetop impor amat sangat baik dan prlu kita dukung. Namun semua berproses agar tidak menimbulkan persoalan lain,” ujarnya.
Selain itu, Eliza juga menyoroti penutupan keran impor garam. Menurutnya, penyetopan impor garam perlu dilakukan secara hati-hati sebab biasanya produksi garam akan turun saat terjadi La Nina.
Apalagi, dia mengungkap bahwa produksi garam dalam negeri hanya mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri sebesar 34%. Semestinya, lanjut Eliza, untuk komoditas dengan intensitas ketergantungan impor yang tinggi perlu dikurangi secara perlahan.
“Kebijakan setop impor garam tanpa strategi yang matang ini akan berdampak ke kenaikan harga di konsumen,” pungkasnya.