Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yuan China Terus Melemah Terhadap Dolar di Tengah Ancaman Tarif Tinggi Presiden Trump

Nilai mata uang Yuan terhadap dolar AS terus bergeser ke level terendah dalam sekitar satu tahun di tengah ancaman tarif dari Presiden AS terpilih Donald Trump.
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar yuan terhadap dolar AS terus melemah, mencapai level terendah dalam sekitar satu tahun terakhir di tengah ancaman tarif yang lebih tinggi dari Amerika Serikat.

Melemahnya yuan, meski menjadi tantangan importir juga membantu menjaga daya saing harga barang China di pasar global.

Mengutip Bloomberg, Selasa (3/12/2024), yuan turun ke level terlemah sejak November 2023, baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Penurunan ini terjadi meski Bank Sentral China, People’s Bank of China (PBOC), menetapkan nilai tukar referensi harian lebih kuat dari perkiraan. Sementara itu, indeks dolar AS kembali menguat ke level tertinggi dua tahun, didorong optimisme atas prospek ekonomi AS.

Tekanan terhadap yuan semakin terasa sejak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS. Kekhawatiran akan pemberlakuan tarif tambahan pada 2025, seperti yang telah ditegaskan Trump, membebani nilai tukar yuan. Langkah-langkah stimulus Beijing, termasuk penetapan suku bunga acuan dengan bias kuat sejak Agustus, sejauh ini belum berhasil mengubah sentimen pasar.

Christopher Wong, ahli strategi dari Oversea-Chinese Banking Corp, menjelaskan, "Yuan tetap tertekan akibat ekspektasi penurunan suku bunga domestik dan pemulihan ekonomi yang tidak merata, ditambah risiko tarif AS."

PBOC telah berupaya menjaga stabilitas yuan dengan menetapkan penetapan harian pada level yang lebih kuat dari ekspektasi. Namun, pasar terus menekan mata uang tersebut. Yuan dalam negeri diperdagangkan pada diskon terbesar sejak Juli 2024, mencerminkan sentimen bearish yang dominan.

Analis dari BNP Paribas, UBS, dan Societe Generale memperkirakan yuan akan terus melemah, bahkan melampaui rekor terendah tahun lalu di 7,3510 per dolar AS. Sementara itu, imbal hasil obligasi China turun ke level terendah, menciptakan kesenjangan lebih dari 2 poin persentase dibandingkan obligasi AS.

Ketegangan perdagangan semakin memperburuk situasi. AS telah mengumumkan pembatasan baru terhadap akses China ke komponen vital untuk chip dan AI. Ancaman tarif tambahan hingga 100% pada barang-barang dari China juga semakin menambah tekanan.

Di pasar saham, indeks CSI 300 dan Hang Seng China Enterprises masing-masing mencatat penurunan hingga 0,6% dan 1,1%, sebelum menghapus sebagian kerugian. Khoon Goh, Kepala Riset Asia di ANZ, menambahkan, "PBOC perlu mempertahankan penetapan di sekitar 7,20. Penetapan yang lebih tinggi dapat memicu pembelian dolar lebih cepat."

Dengan ketidakpastian yang masih membayangi, yuan diproyeksikan menghadapi tekanan lebih besar, terutama jika dolar AS terus menguat seiring data ekonomi yang positif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper