Bisnis.com, JAKARTA — Para ekonom memproyeksikan bahwa Indonesia akan kembali mengalami inflasi secara tahunan pada November 2024, tetapi lajunya melambat. Bahkan, terdapat peluang Indonesia mencatatkan inflasi terendah sepanjang masa.
Berdasarkan konsensus para ekonom yang dihimpun Bloomberg, proyeksi dari 18 ekonom menghasilkan nilai tengah atau median inflasi 1,5% pada November 2024 secara tahunan (year on year/YoY).
Proyeksi itu menunjukkan bahwa indeks harga konsumen (IHK) akan kembali mengalami inflasi pada November 2024, tetapi lajunya melambat dari posisi Oktober 2024 dengan inflasi 1,71% (YoY).
Sementara itu, inflasi secara bulanan (month to month/MtM) diperkirakan sebesar 0,23%. Sebagaimana pada Oktober 2024, IHK mengalami inflasi untuk pertama kalinya sebesar 0,08%—usai deflasi beruntun sejak Mei hingga September 2024.
Berdasarkan catatan Bank Dunia atau World Bank, selain masa pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021, tingkat inflasi Indonesia selalu berada di atas 2% sejak 1960 (data sebelum itu tidak tersedia).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa tingkat inflasi berada di angka 1,68% (YoY) pada akhir 2020. Sementara itu pada akhir 2021, tingkat inflasi ada di angka 1,87% (YoY).
Baca Juga
Artinya, jika inflasi pada akhir 2024 berada di kisaran 1,3%—1,6% (YoY) maka kemungkinan besar akan menjadi inflasi terendah sepanjang sejarah Republik Indonesia.
Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang mempoyeksikan inflasi dengan angka paling tinggi, yakni masing-masing 0,36% (MtM) dan 1,64% (YoY).
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memproyeksikan IHK akan mengalami inflasi sebesar 0,36% MtM dan 1,46% (YoY).
David melihat tren inflasi yang melambat ini terjadi akibat efek low base, utamanya untuk harga cabai merah yang pada tahun lalu meningkat, kemudian pada tahun ini mengalami penurunan.
"Inflasi kembali melambat secara tahunan karena efek low base harga cabai merah. Beberapa komoditas lain cenderung stagnan, tetapi bawang merah naik cukup tinggi," ujar David kepada Bisnis, Jumat (29/11/2024).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal memproyeksikan inflasi pada akhir 2024 akan berada di kisaran 1,3%—1,5% (YoY).
"Yang artinya lebih rendah dibanding inflasi pada masa pandemi 2020 dan 2021," jelas Faisal kepada Bisnis, Minggu (1/11/2024).
Sebagai catatan, sempat terjadi deflasi selama lima bulan berurut-urut sepanjang tahun ini yaitu pada Mei (-0,03%), Juni (-0,08%), Juli (-0,18%), Agustus (-0,03%), dan September (-0,12%).
Sejumlah ekonom menilai deflasi berbulan-bulan tersebut terjadi karena pelemahan daya beli masyarakat. Direktur Pengembangan Big Data Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto misalnya, yang melihat penurunan daya beli masyarakat terlihat dari data konsumsi rumah tangga.
Sejak Kuartal IV/2023, sambungnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga selalu lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi.
Perinciannya pada Kuartal IV/2023: pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04% (YoY), sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,46% (YoY).
Pada Kuartal I/2024: pertumbuhan ekonomi mencapai 5,11% (YoY), sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,91% (YoY).
Pada Kuartal II/2024: pertumbuhan ekonomi mencapai 5,05% (YoY), sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,93% (YoY).
Terakhir pada Kuartal III/2024: pertumbuhan ekonomi mencapai 4,95% (YoY), sementara pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya 4,91% (YoY).
Adapun, BPS akan mengumumkan IHK atau inflasi bulanan dan tahunan pada hari ini, Senin (2/12/2024) pukul 11.00 WIB.