Bisnis.com, JAKARTA - Presiden terpilih AS Donald Trump terus melengkapi pilihan para menterinya jelang pelantikannya pada 20 Januari 2025. Yang menarik, beberapa calon pembantu presiden ini memiliki darah keturunan India.
Teranyar, Trump mencalonkan eks pejabat Keamanan Nasional dan loyalisnya, Kashyap "Kash" Patel, untuk memimpin Federal Bureau Investigation (FBI). Pencalonan Patel ini menandakan niat Trump untuk menyingkirkan direktur FBI saat ini Christopher Wray.
Mengutip Reuters pada Senin (2/12/2024) Patel, yang selama masa jabatan pertama Trump menjadi penasihat direktur intelijen nasional dan menteri pertahanan, sebelumnya telah menyerukan pencabutan peran pengumpulan intelijen FBI dan pembersihan jajarannya dari setiap karyawan yang menolak mendukung agenda Trump.
"Masalah terbesar yang dihadapi FBI adalah masalah intel. Saya akan hancurkan komponen itu. Saya akan tutup gedung FBI Hoover pada hari pertama dan buka lagi keesokan harinya sebagai museum deep state," kata Patel.
Mengutip Fox News, Patel, 44 tahun, adalah warga asli New York yang tumbuh di Long Island di Garden City. Dia dibesarkan oleh orang tua yang merupakan imigran dari India.
Patel memperoleh gelar sarjana hukumnya pada 2005 dari Pace University, sebelum bertugas sebagai pengacara pembela umum di wilayah Miami-Dade, Florida. Dalam biografinya di laman Departemen Pertahanan AS, sebagai pengacara, dia menangani banyak kasus rumit mulai dari pembunuhan, perdagangan narkoba, hingga kejahatan keuangan rumit dalam pengadilan juri di pengadilan negara bagian dan federal.
Vivek Ramaswamy
Nama tokoh berdarah India lain yang telah dipastikan akan masuk dalam Kabinet jilid II Trump adalah Vivek Ramaswamy yang akan memimpin badan baru bernama Departemen Efisiensi Pemerintah atau Department of Government Efficiency bersama pendiri Tesla, Elon Musk.
Ramaswamy juga sempat turut serta dalam pencalonan presiden dari Partai Republik dalam Pilpres 2024 sebelum akhirnya mengundurkan diri dan mendukung penuh Trump.
Ramaswamy, 38 tahun, lahir di Ohio dari orangtua imigran dari India selatan. Dia dibesarkan dalam agama Hindu yang dianut orangtuanya, tetapi bersekolah di sekolah menengah Katolik Roma.
Dia meraih gelar sarjana biologi di Universitas Harvard sebelum melanjutkan pendidikan di Sekolah Hukum Yale.
Ramaswamy bekerja sebagai investor dana lindung nilai (hedge fund) dan mengatakan bahwa dia telah menghasilkan beberapa juta dolar AS sebelum lulus dari Yale.
Pada 2014, dia mendirikan perusahaan bioteknologi miliknya sendiri, Roivant Sciences, yang membeli hak paten dari perusahaan-perusahaan besar untuk obat-obatan yang belum sepenuhnya dikembangkan dan dipasarkan.
Dia mengundurkan diri sebagai CEO pada tahun 2021. Pada 2023 lalu, Forbes memperkirakan kekayaan Ramaswamy sebesar US$630 juta.
Usha Vance
Selain itu, tokoh keturunan India lain dalam pemerintahan Trump adalah Usha Vance, istri dari Wakil Presiden terpilih JD Vance.
Usha, yang lahir di AS 38 tahun lalu, memulai debutnya di panggung politik nasional AS pada 17 Juli 2024, ketika dia memperkenalkan suaminya, Senator AS, J.D. Vance dari Ohio, pada Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee.
Orang tua Usha Vance pindah ke AS pada akhir tahun 1970-an dan sekarang mengajar teknik dan biologi molekuler di San Diego.
Vance dan suaminya kuliah di Sekolah Hukum Yale bersama-sama, lulus pada 2013. Dia pernah menjabat sebagai editor Yale Law Journal dan editor pelaksana Yale Journal of Law & Technology dan berpartisipasi dalam kelas yang menawarkan nasihat hukum gratis tentang Mahkamah Agung dan isu-isu kebebasan media.
Di antara teman sekelas mereka di Fakultas Hukum Yale adalah pengusaha Vivek Ramaswamy, yang gagal mencalonkan diri sebagai presiden dari Partai Republik pada tahun 2024.
Usha Vance adalah juru tulis hukum untuk Ketua Mahkamah Agung John Roberts selama masa jabatan 2017-2018, dan menduduki satu dari empat posisi yang didambakan di majelisnya. Juru tulis hukum membantu meneliti kasus dan menulis draf keputusan.
Vance sebelumnya juga seorang panitera hukum di Kentucky untuk Hakim Pengadilan Banding AS ke-6 Amul Thapar, yang pernah dipertimbangkan Trump untuk mengisi kekosongan di Mahkamah Agung.
Pada 2014, dia menjadi panitera di Pengadilan Banding D.C. yang berpengaruh untuk Brett Kavanaugh, yang dicalonkan oleh Trump dan dikukuhkan menjadi Hakim Mahkamah Agung pada tahun 2018.