Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral China Luncurkan Stimulus, Simak Dampaknya

Bank sentral China, People's Bank of China (PBOC) resmi menurunkan tingkat suku bunga pinjaman satu tahun.
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik
Ilustrasi mata uang berbagai negara di dunia, antara lain dolar AS, rupiah, yen, dan yuan. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral China, People's Bank of China (PBOC) resmi menurunkan tingkat suku bunga pinjaman satu tahun dalam upaya besar-besaran untuk menghidupkan kembali perekonomian China yang tengah menghadapi tantangan.

Pemangkasan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (medium-term lending facility/MLF) sebesar 30 basis poin, dari 2,3% menjadi 2%, menjadi langkah terbesar sejak PBOC mulai menggunakan alat moneter ini pada tahun 2016.

Langkah ini diumumkan setelah pernyataan Gubernur PBOC, Pan Gongsheng, yang mengungkapkan paket stimulus besar-besaran untuk mendukung perekonomian yang terancam spiral deflasi.

“Pemotongan adalah bagian dari paket kebijakan. Pasar terus mencermati kekuatan, frekuensi, dan sinergi langkah-langkah yang harus diambil seiring upaya China untuk mencapai hal ini target pertumbuhan sekitar 5% tahun ini," jelas Bruce Pang, Chief Economist for Greater China di Jones Lang LaSalle Inc dikutip dari Bloomberg, Rabu (25/9/2024). 

Pengumuman ini juga memicu penguatan mata uang yuan, yang melampaui angka 7 yuan per dolar AS untuk pertama kalinya dalam 16 bulan. Indeks saham China, CSI 300, juga naik tajam, sementara imbal hasil obligasi 10 tahun China turun 1 basis poin menjadi 2,05%.

Langkah PBOC ini diperkirakan akan diikuti oleh pemangkasan suku bunga reverse repo tujuh hari sebesar 20 basis poin menjadi 1,5%, seperti yang diisyaratkan oleh Pan. David Qu, Ekonom di Bloomberg Economics, memperkirakan bahwa PBOC mungkin akan melanjutkan pemotongan ini dengan menurunkan suku bunga reverse repo lebih lanjut sebesar 10 basis poin.

Selain memangkas suku bunga, PBOC menarik dana sebesar 291 miliar yuan (sekitar US$41,4 miliar) melalui MLF, penarikan terbesar sejak Desember 2021. Bank sentral China juga mengungkapkan rencana untuk menyalurkan 1 triliun yuan likuiditas jangka panjang dengan memangkas rasio cadangan wajib (Reserve Requirement Ratio/RRR) sebesar 50 basis poin, guna mengurangi tekanan likuiditas pasar.

Frances Cheung, ahli strategi dari Oversea-Chinese Banking Corp, menilai bahwa langkah-langkah ini dapat menggantikan likuiditas yang hilang akibat penarikan MLF. "Penurunan suku bunga ini akan membuat biaya pendanaan lebih selaras dengan pasar antarbank," katanya.

Kebijakan penurunan suku bunga repo ini diperkirakan mulai berlaku setelah libur Hari Nasional China pada 1 Oktober mendatang, dengan PBOC sudah menyiapkan reverse repo 14 hari sebagai langkah antisipatif.

Dengan strategi ini, PBOC memberi bank lebih banyak fleksibilitas untuk menawar pinjaman berdasarkan suku bunga, berbeda dari pendekatan masa lalu yang lebih kaku.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper