Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri Rosan Sebut Investasi di Asean Lebih Deras Masuk Singapura

Indonesia menaungi 40% dari perekonomian Asean, tetapi investasi asing di kawasan tersebut paling banyak mengalir justru ke Singapura.
Bahlil Lahadalia (kiri) dan Rosan Perkasa Roeslani (kanan) berfoto usai Serah Terima Jabatan Menteri Investasi/Kepala BKPM di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta pada Senin (19/8/2024). / Bisnis-Surya Dua Artha Simanjuntak
Bahlil Lahadalia (kiri) dan Rosan Perkasa Roeslani (kanan) berfoto usai Serah Terima Jabatan Menteri Investasi/Kepala BKPM di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta pada Senin (19/8/2024). / Bisnis-Surya Dua Artha Simanjuntak

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyebut aliran dana investasi di kawasan Asia Tenggara atau Asean sebagian besar masih mengalir ke Singapura.

Rosan menyebut, investasi merupakan salah satu segmen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dia menuturkan, konsumsi domestik menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi terbesar Indonesia dengan porsi sekitar 55%, diikuti Investasi sekitar 28%, dan sisanya adalah belanja pemerintah, ekspor-impor, dan lainnya.

Dia menuturkan, potensi pertumbuhan investasi Indonesia masih sangat tinggi ke depannya. Meski demikian, Rosan menyebut saat ini pertumbuhan investasi di Indonesia, terutama dari pemodal asing belum optimal.

Rosan menyebut dari total investasi asing atau foreign direct investment (FDI) di Asean sebesar hampir US$300 miliar, sekitar 50% di antaranya masuk ke negara tetangga Indonesia, yaitu Singapura.

"Ke Indonesia itu FDI-nya kurang lebih hanya 10%. Padahal, kalau kita lihat Indonesia adalah negara ekonomi terbesar di Asean, kurang lebih hampir 40% ekonomi Asean itu di Indonesia," kata Rosan Di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta pada Selasa (24/9/2024).

Seiring dengan hal tersebut, Rosan menuturkan upaya menarik investasi harus terus ditingkatkan ke depannya. Selain porsi ekonomi yang besar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia juga memiliki faktor pendukung seperti demografi dan luas wilayah yang lebih besar dibandingkan negara-negara Asean lainnya.

Dia menuturkan, dengan kombinasi upaya mengerek naik investasi, bonus demografi dan pengembangan SDM, serta kebijakan yang optimal, Indonesia dapat keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) dan naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi.

"Human capital kita juga menjadi PR utama yang harus ditingkatkan menurut kami, selain tentunya investasi. Jika SDM nya berkembang, maka investasi dan juga pertumbuhan ekonomi akan berjalan secara berkesinambungan," jelas Rosan.

Adapun, Rosan menuturkan pemerintah akan berupaya untuk menggenjot investasi pada sektor energi bersih (clean energy) seiring dengan tingginya permintaan terhadap penanaman modal di sektor ini.

Salah satu strategi yang tengah disiapkan oleh Kementerian Investasi adalah membangun kawasan-kawasan industri berbasis energi bersih. Selain itu, ekspansi pada kawasan-kawasan industri eksisting juga akan dilakukan dengan menggunakan energi yang ramah lingkungan.

Rosan menyebut, saat ini belum memiliki kawasan industri terintegrasi yang sepenuhnya menggunakan energi bersih dan ramah lingkungan. Dia menuturkan, Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga seperti Singapura dalam hal ini.

"Satu perusahaan Singapura, mereka sudah bangun di Vietnam saja 13, tahun ini 18 yang basisnya energi bersih. Ini karena demand dari EV battery, EV manufacturing, dan lainnya, mereka bilang mau investasi di negara tersebut dan berbasis clean energy," kata Rosan

Selain itu, Indonesia juga akan mendorong investasi yang masuk bersifat carbon neutral. Hal tersebut seiring dengan komitmen pemerintah Indonesia mencapai target emisi nol pada 2060 mendatang. 

"Nah, kita akan coba bundle investasi masuk dengan carbon trading kita yang juga kita ingin kembangkan. Jadi, mungkin itu ke depannya yang ingin kita dorong supaya bisa mengakselerasi investasi berbasis clean energy," kata Rosan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper