Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Singapura Gagal, Bandara Komodo Diincar Korea?

Bandara Komodo harusnya dikelola Singapura periode 2019-2020, namun tidak dketahui kelanjutannya setelah adanya pandemi hingga saat ini.
Situasi Bandara Komodo pada KTT ke-42 Asean 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (9/5/2023). JIBI/Bisnis-Erta Darwati
Situasi Bandara Komodo pada KTT ke-42 Asean 2023 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (9/5/2023). JIBI/Bisnis-Erta Darwati

Bisnis.com, LABUAN BAJO - Bandara Internasional Komodo di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT resmi membuka rute penerbangan internasional perdananya, Selasa (3/9/2024).

Penerbangan perdana internasional di bandara ini dibuka oleh AirAsia Indonesia dengan rute Kuala Lumpur-Labuan Bajo yang berlangsung selama tiga hari selama sepekan.

Seperti diketahui, April lalu Kementerian Perhubungan menetapkan Bandara Komodo sebagai bandara internasional dan Air Asia menjadi maskapai pertama yang membuka rute luar negeri. Sebelumnya sempat beredar kabar ada maskapai lain yang berminat, namun tidak ada kelanjutannya.

Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Komodo Labuan Bajo Ceppy Triono mengatakan secara resmi belum ada maskapai lain yang mengajukan diri untuk membuka rute internasional selain Air Asia.

"Ada beberapa yang datang berkunjung dan melihat kesiapan bandara ini kalau dibuka rute internasional seperti apa. Tapi kalau mengajukan resmi dalam arti mengurus izin dan lainnya hanya Air Asia," kata Ceppy saat ditemui Bisnis di Bandara Komodo.

Saat ini UPBU Komodo sedang fokus untuk meningkatkan infrastruktur sebagai bandara internasional mulai peningkatan fasilitas landasan pacu (runway) agar dapat didarati pesawat berkapasitas besar hingga luasan apron.

"Panjang runway saat ini 2.650 meter nantinya akan ada pengerjaan 100 meter, sehingga di akhir 2024 kami sudah memiliki panjang landasan 2.750 meter. Selain itu kami juga menambah kapasitas apron Bajo, sehingga dapat menampung pesawat yang lebih besar dan lebih banyak. Sekarang hanya mampu 7 pesawat, mau rencana tambah 100 m × 100 m," ujarnya.

Menariknya, meskipun berstatus bandara internasional, Bandara Komodo tidak dikelola oleh perusahaan pelat merah khusus pengelola bandara seperti Angkasa Pura (AP), tepatnya PT AP I yang mengurusi Indonesia bagian timur.

Sampai saat ini, Bandara Internasional Komodo masih dikelola UPBU yang berada di bawah naungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub. UPBU biasanya mengelola pelayanan jasa penerbangan dan jasa bandara yang belum diusahakan secara komersial.

Menanggapi hal ini, Ceppy Triono mengatakan pihaknya hanya menunggu keputusan dari Ditjen Hubud Kemenhub soal pengelolaan bandaranya yang saat ini dipimpinnya. Namun kata Ceppy, pengelolaan bandara internasional tidak selalu harus melalui AP.

"Bandara Halim kan bukan AP, tapi ATS milik Whitesky, lalu Timika meskipun UPBU juga tetap kerja sama pengelolaan dengan Avco. Kualanamu di Sumut juga yang mengelola perusahaan asal India. Yang pasti kan harus badan usaha bidang penerbangan atau bandara," ujar Ceppy.

Ceppy menjelaskan, sebelumnya Bandara Komodo harusnya dikelola Singapura periode 2019-2020, namun tidak dketahui kelanjutannya setelah adanya pandemi hingga saat ini.

"Saya tidak tahu, terakhir itu kan tanya masuk konsorsium Singapura tapi sehabis ada pandemi dan hingga kini tidak tahu kelanjutannya. Terakhir ini yang berminat Korea. Sampai ini saya sebagai bagian dari Kementerian Perhubungan hanya menunggu kebijakan dari atas saja," ujarnya.

Korea Selatan melalui Incheon International Airport Corporation (IIAC) ssudah mengelola Bandara Internasional Hang Nadim Batam bersama dengan AP I dan WIKA dengan skema perusahaan patungan bernama PT Bandara Internasional Batam (PT BIB). Banyaknya yang mengincar Bandara Komodo tidak terlepas dari pertumbuhan bandara ini.

Menurut Ceppy, sejak 2023 lalu hingga saat ini kenaikan penumpang sudah di atas 10%. Untuk Agustus 2023, penumpang mencapai 106 ribu sedangkan Agustus 2024 sudah berada di angka 126 ribu.

Sejak Januari hingga Agustus, Ceppy mencatat perkiraan jumlah penumpang di Bandara Internasional Komodo sudah 700 ribu lebih, sementara dirinya diberi target hingga akhir tahun sekitar 860 ribu. Bahkan dirinya optimistis angka satu juta penumpang di akhir tahun akan terlampaui.

Fuadani, Kepala Bidang Keamanan, Otoritas Bandara Wilayah IV Kementerian Perhubungan membenarkan pertumbuhan jumlah penumpang di Bandara Labuan Bajo. Mengacu data Kemenhub, Fuadani menyebut sepanjang Januari-Agustus 2024 tercatat mencapai 668.912.

Jumlah penumpang setiap bulannya mengalami kenaikan dengan pergerakan penumpang tertinggi terjadi di bulan Agustus, yakni sebesar 126.744. Sedangkan pergerakan pesawat dari Januari-Agustus di bandara ini sudah mencapai 5.758 pesawat. Khusus di bulan Agustus, pergerakannya mencapai 1.044 pesawat.

“Secara keseluruhan, trafik penumpang Labuan Bajo tahun ini naik dari tahun sebelumnya,” ujarnya saat ditemui Bisnis selepas acara peresmian penerbangan internasional perdana di Bandara Komodo.

Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Kemenhub tengah mencari investor untuk mengembangkan Bandara Komodo. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan Bandara Komodo memiliki potensi yang menarik untuk dikembangkan karena menjadi titik masuk destinasi pariwisata prioritas Labuan Bajo.

Seiring dengan hal tersebut, Kemenhub pun berupaya untuk mencari mitra atau investor yang berminat untuk mengembangkan Bandara Komodo dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).

"Kita sedang mencari mitra lokal dan internasional agar creative financing ini bisa dilakukan di Bandara Komodo," kata Budi Karya.

Sebagai informasi, dalam catatan bisnis pada Desember 2019, konsorsium PT Cardig Aero Services (CAS) Tbk. & Changi Airport International (CAI) PTE LTD bersama dengan Kementerian Keuangan RI serta Kemenhub RI mengumumkan KPBU pengelolaan Bandara Komodo Labuan Bajo.

Saat itu Bandara Komodo disebutkan menjadi bandara pertama di Indonesia yang menggunakan skema proyek KPBU dengan partisipasi investor asing. Konsorsium asal Singapura itu memenangi lelang dengan total investasi mencapai Rp1,2 triliun dan masa konsesi 25 tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Wahyu Arifin
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper