Bisnis.com, JAKARTA - Serikat Pekerja (SP) PT Indofarma Tbk. (INAF) melaporkan penyusutan tenaga kerja di entitas Grup Bio Farma sejak pembentukan holding BUMN farmasi pada 2020.
Ketua Biro Konseling Advokasi SP Indofarma Ahmad Furqan mengatakan, tujuan pembentukan holding BUMN farmasi untuk meningkatkan performa perusahaan sangat ironis dengan kondisi saat ini yang justru menunjukkan penyusutan dari sisi kinerja keuangan maupun karyawan yang terus berkurang.
"Tetapi pada kenyataannya sejak pembentukan holding di 2020 tidak pernah ada grafik naik, baik di Indofarma sendiri maupun Indofarma Global Medika selaku anak usaha," kata Furqan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum di Komisi VI, Rabu (28/8/2024).
Dalam catatan SP Indofarma, jumlah karyawan Indofarma pada tahun 2020 sebesar 1.272 orang. Sejak dibentuknya holding BUMN farmasi, tenaga kerja turun pada 2021 menjadi 1.256 orang.
Jumlah karyawan juga menurun menjadi 1.097 orang pada 2022 dan menyusut lagi hingga 1.038 pada 2023. Hingga saat ini, jumlah karyawan per Mei 2024 tersisa 861 orang.
"Ditambah lagi kalau kita lihat di 2023 ke 2024 itu hampir 200 orang berkurang karena apa, karena dirasakan di tahun-tahun terakhir 2024 di Januari itu ketidaknyamanan kami sebagai karyawan mulai bertambah parah," tuturnya.
Baca Juga
Padahal, Furqan menerangkan bahwa tujuan Indofarma sejak berdiri pada 1918 telah sejalan dengan cita-cita Indonesia untuk kemandirian obat nasional. Hal ini juga ditunjukkan ketika pabrik dipindahkan untuk memperluas area produksi ke Cibitung dengan lahan 20 hektare.
"Berarti memang benar cita-cita awal pendirian Indofarma adalah untuk dapat memnuhi kebutuhan obat secara nasional," tuturnya.
Pada 2020, serikat pekerja menilai pembentukan holding BUMN Farmasi merupakan titik strategis untuk mengembangkan performa perusahaan farmasi nasional ini.
"Kenapa? Karena kami berharap dengan terbentuknya holding itu kami yang memang ibarat kata tujuannya untuk nasional bisa lebih besar lagi, memberikan sumbangsih besar untuk negara," tuturnya.
Namun, pada kenyataannya, pihaknya justru menilai terjadi penurunan performa atau kinerja secara entitas maupun grup sejak holding BUMN farmasi dibentuk.
"Sejak pendirian holding di 2020 itu bottom line Indofarma atau keuntungan yang diperoleh Indofarma makin tergerus, begitupun dengan revenue, kalau 2021 itu kenapa bisa meningkat drastis karena memang saat itu Covid dan kami banyak dipercaya oleh pemeritnah untuk mengadakan obat-obat terkait Covid-19," tuturnya.