Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Ungkap Efek Penguatan Rupiah ke Harga Pangan dan Manufaktur

Rupiah yang stabil dan didukung kebijakan suku bunga atau BI Rate dinilai akan mendukung penguatan harga pangan dan industri manufaktur.
Seorang karyawan bekerja di lini produksi serat karbon di dalam sebuah pabrik di Lianyungang, provinsi Jiangsu, China, 27 Oktober 2018./REUTERS
Seorang karyawan bekerja di lini produksi serat karbon di dalam sebuah pabrik di Lianyungang, provinsi Jiangsu, China, 27 Oktober 2018./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan keputusan BI Rate tetap di angka 6,25% sebagai upaya untuk fokus terhadap penguatan rupiah, yang nantinya dapat berdampak positif terhadap pangan maupun manufaktur.

Perry menekankan, bahwa kondisi rupiah yang stabil dan berada pada posisi yang baik, akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

"Rupiah yang menguat membuat harga lebih murah khususnya harga pangan maupun harga lain," ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (21/8/2024). 

Di sisi lain, rupiah ini mendukung inflasi yang rendah, khususnya imported inflation yang sangat berpengaruh terhadap kinerja manufaktur. Di mana, penguatan rupiah mendukung sektor-sektor yang memiliki kebutuhan akan impor yang tinggi, seperti tekstil. 

Penguatan rupiah juga akan mendukung peningkatan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dan pertumbuhan ekonomi secara umum, termasuk sektor-sektor yang menciptakan lapangan kerja atau padat karya. Rupiah yang menguat, juga menjadi sinyal baik bagi sektor keuangan maupun perbankan. 

"Dengan seperti itu, kebijakan moneter tetap pro-stability untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah," tuturnya. 

Secara umum, Perry mengumumkan tren penguatan rupiah dengan apresiasi 5,34% selama Agustus 2024 ke level Rp15.430 per dolar AS per 20 Agustus 2024. 

Perry menyampaikan penguatan tersebut terjadi didukung oleh bauran kebijakan moneter Bank Indonesia, meningkatnya aliran masuk modal asing, dan mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global. 

"Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan cenderung menguat, sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia serta komitmen kebijakan BI," ujarnya 

Perry mengungkapkan penguatan ini lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Baht Thailand, Yen Jepang, Peso Filipina, dan Won Korea, yang hanya sebesar 4,22%, 3,25%, 3,20%, dan 3,04%.

Dengan perkembangan tersebut, apabila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, tingkat depresiasi rupiah lebih kecil dari depresiasi Rupee India, Peso Filipina, dan Won Korea. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper