Bisnis.com, BOJONEGORO - ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) tengah menggenjot produksi minyak di Blok Cepu melalui program Banyu Urip Infill Clastic (BUIC) yang diperkirakan akan menambah minyak sebesar 42,92 MMSTB hingga 2034.
President ExxonMobil Indonesia Carole Gall mengatakan, optimasi pengembangan lapangan (OPL) pada sumur B-13 yang dimulai 4 bulan lalu telah menorehkan hasil positif dengan diresmikannya minyak perdana sebanyak 13.300 barel per hari.
"Kegiatan pengeboran ini akan berkontribusi pada tujuan bersama kami untuk mencapai target produksi nasional sebesar 1 juta barel minyak per hari dalam jangka menengah sehingga memperkuat ketahanan energi nasional," ujar Carole, Jumat (9/8/2024).
Dia bercerita bahwa peresmian minyak perdana BUIC ini telah lama dinantikan banyak pihak untuk merayakan babak baru bagi lapangan migas di Banyu Urip. Carole juga bangga dapat menyaksikan langsung hasil minyak pertama dari sumur pertama pada aktivitas OPL tersebut.
Terlebih, dia membanggakan operasional pengeboran yang menggunakan rig dan peralatan yang sepenuhnya buatan Indonesia dan dioperasikan oleh PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI).
"Hari ini bukan hanya tentang menandai sebuah tonggak sejarah, tetapi juga merayakan bakat, teknologi, dan keunggulan Indonesia," ujarnya.
Baca Juga
Carole menuturkan, proyek ini juga melibatkan kontraktor lokal dan mempekerjakan pekerja lokal sehingga memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat di sekitar operasi.
Program BUIC juga menjadi salah satu langkah konkret ExxonMobil dalam mendorong produksi minyak yang sempat mengalami penurunan sejak setahun lalu. Saat ini, ExxonMobil berada di posisi kedua produsen minyak terbesar di Indonesia.
Jumlah produksi di Blok Cepu mulai mengalami penurunan sejak tahun lalu hingga tersalip dari produksi minyak dari Blok Rokan yang dikelola PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebanyak 157.226 bopd per Juni 2024 dan 161.623 bopd sepanjang 2023.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi minyak dari Blok Cepu tercatat mencapai 143.946 bopd per 30 Juni 2024. Sementara itu, sepanjang 2023, blok tersebut memproduksi 155.444 bopd.
Untuk meningkatkan produksi minyak di Blok Cepu, ExxonMobil akan melakukan pengeboran 7 sumur yang terdiri atas 5 sumur produksi di karbonat, 1 sumur produksi di klastik, dan 1 sumur step out sklastik. Kapasitas fasilitas produksi mencapai 33.000 bopd pada puncaknya.
Sebelumnya, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuri mengatakan, produksi EMCL masih menjadi andalan kedua setelah PHR.
Namun, pada pertengahan bulan Juli 2024, Lapangan Banyu Urip EMCL mulai mengalami kenaikan gas oil ratio (GOR) dan kenaikan water cut yang menyebabkan loss production opportunity (LPO) cukup signifikan, yaitu sekitar 7.000 bopd sehingga produksi EMCL tidak lagi sustain berproduksi di rate 150.000 bopd.
"Kenaikan GOR ini adalah kondisi di mana ratio poduksi gas semakin meningkat dibandingkan produksi minyak dan kenaikan water cut adalah kondisi di mana kandungan jumlah air terproduksi semakin tinggi dibandingkan dengan produksi minyak," terang Hudi.
Dalam hal ini, SKK Migas dan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) lain berusaha untuk melakukan optimasi produksi dari kegiatan pengeboran, workover dan well service. Namun, kontribusi yang diperoleh belum dapat menutup secara langsung gap penurunan produksi di EMCL.
"SKK Migas memberikan perhatian khusus kepada Lapangan Banyu Urip mengingat produksinya yang sangat besar dan apabila terjadi gangguan produksi baik karena kendala surface maupun subsurface, hal ini langsung berdampak sangat signifikan pada produksi Indonesia”, imbuhnya.
SKK Migas dan EMCL tidak tinggal diam terhadap permasalahan yang sedang terjadi, serangkaian kegiatan gas shut off dan water shut off, serta maintain terhadap rate produksi senantiasa dilakukan untuk menjaga penurunan produksi yang lebih tajam lagi