Bisnis.com, JAKARTA — Ekonomi Indonesia mencatatkan tren pertumbuhan rata-rata di kisaran 5% usai badai pandemi Covid-19 menghantam pada 2020 silam.
Berdasarkan data historis, tren pertumbuhan ekonomi di atas 5% pada dasarnya sudah terjadi sejak 2019. Sayangnya, ekonomi harus menghadapi kinerja negatif sepanjang 2020.
Memasuki kuartal I/2021, untuk pertama kalinya dalam kepemimpinan periode dua Jokowi, ekonomi tumbuh mencapai 7,07% (year-on-year/YoY), tetapi itu pun dipengaruhi efek basis nilai rendah atau low based effect pada tahun sebelumnya. Selanjutnya, ekonomi terjaga di kisaran 5%.
Melihat tren sejak 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,03% pada kuartal I. Kemudian ekonomi naik pada kuartal II dengan capaian sebesar 5,17% (YoY).
Sayangnya pada kuartal III/2023, ekonomi harus anjlok ke level 4,94%. Pasa momen ini, Indonesia tidak mampu menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5% yang telah terjadi selama delapan kuartal sebelumnya.
Kala itu, Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti menilai hal tersebut sejalan dengan pola yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, dimana pertumbuhan ekonomi kuartal III selalu lebih rendah dr kuartal II, kecuali 2020 saat terjadi pandemi Covid-19.
Baca Juga
"Hal ini terjadi di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi dan global terjadinya perubahan iklim serta menurunnya ekspor komoditas unggulan," imbuhnya.
Masuk pada kuartal IV/2023 atau pada akhir tahun, ekonomi mampu kembali merangkak ke angka 5,04% (YoY).
Ekonomi semakin kuat pada kuartal I/2024 dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,11%.
Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 18,88%.
Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 24,29%. Mengingat, adanya pesta demokrasi yang berlangsung pada Februari 2024.
Sementara pada kuartal II/2024, dengan tak adanya lagi momen Pemilu dan berakhirnya Ramadan dan Lebaran, ekonom memperkirakan ekonomi akan tumbuh melambat.
Konsensus ekonom yang terhimpun dalam Bloomberg memprediksikan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2024 akan tumbuh pada angka 5% (yoy).
Nilai tengah alias median dari dari 28 ekonom tersebut tercatat berada pada angka 5%. Sementara angka rata-rata dari prediksi tercatat lebih rendah, yakni sebesar 4,99%.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat ekonomi akan tumbuh pada angka 5,02%.
Meski melambat, pertumbuhan yang masih berada di kisaran 5% terutama didorong oleh permintaan domestik, yang relatif tetap kuat meskipun terjadi penurunan permintaan eksternal.
Sementara melemahnya permintaan eksternal sebagian besar disebabkan oleh perlambatan ekonomi global, terutama China, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia dan mitra dagang utama Indonesia.
Meski tercatat stabil di 5% dalam beberapa kuartal terakhir, nyatanya ekonomi secara full year atau keseluruhan tahun, tidak pernah mencatatkan angka yang sesuai janji kampanye Jokowi pada awal masa jabatannya, yakni di angka 7%.