Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PGN (PGAS) Kaji Angkut Gas dari Blok Tuna Lewat Skema LNG

PGN tengah mengkaji kemungkinan investasi pengangkutan gas dari Blok Tuna dengan skema angkut gas alam cair (LNG).
Fasilitas terminal dan pengelolaan gas terapung (Floating Storage and Regasification/FSRU) gas alam cair (LNG) Lampung PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Istimewa/PGN
Fasilitas terminal dan pengelolaan gas terapung (Floating Storage and Regasification/FSRU) gas alam cair (LNG) Lampung PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Istimewa/PGN

Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN tengah mengkaji kemungkinan investasi pengangkutan gas dari Blok Tuna di Kepulauan Natuna dengan skema angkut gas alam cair (LNG).

Kajian itu dilakukan bersama dengan operator Blok Tuna, Premier Oil Tuna B.V, lewat nota kesepahaman yang diteken pada Selasa (23/7/2024) kemarin. 

Pj Sekretaris Perusahaan PGN Susiyani Nurwulandari mengatakan, kajian pengangkutan gas dari Blok Tuna itu dilakukan untuk memitigasi susutnya pasokan gas pipa dari sejumlah lapangan terkontrak di wilayah Sumatra Selatan dan Jawa Barat saat ini. 

“Dengan jarak yang cukup jauh dan secara geografis cukup menantang secara teknis, memungkinkan bahwa kajian bersama juga mengarah pada skema LNG dan ditransportasikan melalui moda beyond pipeline untuk pengangkutan LNG dari WK tersebut,” kata Susi saat dihubungi Bisnis, Rabu (24/7/2024). 

Lewat persetujuan rencana pengembangan atau plan of development (PoD) I Blok Tuna yang diteken Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif akhir 2022 lalu, lapangan migas itu ditargetkan onstream pada 2026 mendatang dengan puncak produksi mencapai 135 million standard cubic feet per day (MMscfd).

Rencananya, produksi gas bakal diekspor ke pembeli di Vietnam. Alasannya, jarak Blok Tuna dari fasilitas produksi di Vietnam lebih dekat hanya 80 kilometer. 

Sementara itu, fasilitas produksi terdekat yang berada di perairan Indonesia adalah Natuna Sea Block A yang berjarak sekitar 385 kilometer. Dengan demikian, pengembangan Blok Tuna menjadi tidak ekonomis jika mesti membangun fasilitas pipa baru ke Indonesia. 

“Analisa mengenai LNG termasuk usaha LNG trading antara PGN dan Premier Oil untuk pemenuhan pasar di domestik juga masih dalam proses kajian bersama,” kata Susi. 

Perkiraan biaya investasi untuk pengembangan Lapangan Tuna terdiri atas investasi (di luar sunk cost) sebesar US$1,05 miliar, investasi terkait biaya operasi sampai dengan economic limit sebesar US$2,02 miliar. dan biaya abandonment and site restoration (ASR) sebesar US$147,59 juta. 

Untuk mendorong keekonomian, pemerintah memberikan beberapa insentif dengan asumsi masa produksi sampai 2035 mendatang. Pemerintah mengambil bagian gross revenue sebesar US$1,24 miliar atau setara dengan Rp18,4 triliun. 

Adapun, kontraktor gross revenue sebesar US$773 juta atau setara dengan Rp11,4 triliun dengan biaya cost recovery mencapai US$3,315 miliar. 

Dari sisi penerimaan negara, diperkirakan pemerintah akan mendapat pendapatan hingga mencapai Rp18,4 triliun atau jauh lebih besar dibandingkan potensi penerimaan kontraktor yang sebesar Rp11,4 triliun. 

Blok Tuna ini dioperatori oleh Premier Oil Tuna B.V. (Harbour Energy Group) dengan hak partisipasi 50%. Premier Oil bermitra dengan perusahaan migas pelat merah asal Rusia, Zarubezhneft lewat anak perusahaannya, ZN Asia Ltd yang juga memegang hak partisipasi 50%.

Sebelumnya, President Director Premier Oil Tuna Steve Cox mengatakan bahwa pihaknya melihat peluang bersama PGN akan memajukan proyek WK Tuna untuk bisa menyuplai gas ke Indonesia.  

Premier Oil Tuna adalah bagian dari Harbour Energy Group selaku operator dari KKS yang mencakup Blok Tuna (KKS Tuna). Oleh karena itu, proyek WK Tuna juga akan dapat memperluas operasi Harbour Energy di Indonesia.

“WK Tuna bernilai penting bagi Harbour, karena ini adalah key project yang ingin kami lanjutkan. Meskipun kami mengalami sejumlah kesulitan namun kami move on dari hal tersebut. Kami menyambut kerja sama dengan PGN dengan sangat baik,” kata Steve. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper