Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut baru ada dua industri bioetanol yang memenuhi kriteria fuel grade.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan dari 13 industri biotanol hanya dua yang memenuhi syarat.
“Nah ini kita ingin akselerasi industri juga, dari 13 industri bioetanol yang ada, hanya dua yang memenuhi kriteria untuk bisa masuk sebagai fuel grade, yang lain adalah food grade,” kata Eniya dalam Green Economy Expo di JCC Senayan, Kamis (4/7/2024).
Eniya menyampaikan, untuk program bioetanol sendiri saat ini sudah ada. Bahkan, sampai saat ini pencapain untuk bioetanol masih nihil, padahal pada 2025 seharusnya Indonesia sudah capai 20% bioetanol.
Maka dari itu, Eniya menyebut pemerintah sedang membahas apakah nantinya akan menggunakan implementasi penggunaan campuran Bioetanol 5% pada bensin, yang dikenal dengan istilah E5 (Ethanol 5%) atau hanya E2,5.
“Mungkin Pertamina sedang diskusi untuk hal ini, karena resource kita yang menyediakan bioetanol itu tidak banyak,” ujarnya.
Baca Juga
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah tengah mengkaji kemungkinan pemberian subsidi anyar untuk produk bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dengan bauran bioetanol.
Kajian itu sejalan dengan usulan PT Pertamina (Persero) pada tahun lalu untuk menghapus atau meniadakan produk BBM dengan oktan paling rendah RON 90 atau Pertalite dalam beberapa tahun ke depan.
Pertamina mendorong pengembangan bensin bauran etanol 7% (E7) atau Pertamax Green 92 untuk menggantikan posisi Pertalite sebagai jenis bahan bakar minyak khusus penugasan (JBKP). Artinya, anggaran kompensasi atau subsidi diusulkan untuk dialihkan pada Pertamax Green 92.
“[Bioetanol] tetap subsidi lagi, kita hitung supaya nanti kita ini targetnya yang kita subsidi orang yang pantas disubsidi,” kata Luhut saat ditemui di Jakarta, Jumat (3/5/2024).