Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, Kemenperin Klaim Industri Masih Adem Ayem

Kemenperin mengungkap industri manufaktur belum terkena dampak dari pelemahan rupiah.
Ilustrasi pabrik es krim. / Dok. PT Yili Indonesia Dairy
Ilustrasi pabrik es krim. / Dok. PT Yili Indonesia Dairy

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap industri manufaktur, khususnya industri agro subsektor makanan dan minuman, pengolahan tembakau, biji kakao, hingga furnitur belum terkena dampak dari pelemahan rupiah.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan pihaknya belum mendapatkan laporan atau keluhan dari pelaku usaha industri meskipun nilai tukar rupiah saat ini berada di level Rp16.400 per dolar AS.

"Gak ada yang lapor, belum berdampak karena kita punya stok, jadi satu tahun itu kita sudah rencanakan supply-demand nya karena biasanya ada batasan berapa persen di depan dan untuk berapa lama," kata Putu di Kantor Kemenperin, Kamis (20/6/2024).

Dia mencontohkan, stok bahan baku industri makanan dan minuman yang masih cukup untuk satu tahun ke depan. Adapun, selama ini bahan baku mamin masih diimpor 60% berupa gandum, gula rafinasi, jagung, hingga bahan baku susu.

Untuk mencegah dampak dari ketergantungan importasi, Putu mengandalkan bahan baku alternatif lokal sekaligus menjadi strategi subtitusi impor yang selama ini terus digencarkan.

"Contoh riilnya, kemarin juga banyak yang diimpor adalah cabe bubuk, nah cabe bubuk dengan sekarang kondisi sekarang dolar mahal, pasti akan mencari di dalam negeri," terangnya.

Untuk menyesuaikan standar kebutuhan industri dengan rata-rata kualitas produksi nasional, Putu juga mendorong kegiatan business matching antara supplier dengan industri.

Sebelumnya, Ketua Umum Gapmmi, Adhi S. Lukman mengatakan pihaknya mulai melakukan sejumlah strategi untuk menahan ongkos produksi tak naik, sehingga harga jual untuk konsumen tidak mengalami kenaikan.

"Industri antisipasi dengan efisiensi serta mencari alternatif sumber daya dari lokal maupun negara alternatif," kata Adhi saat dihubungi, Selasa (18/6/2024).

Adhi menerangkan bahwa harga pokok produksi (HPP) untuk produk makanan dan minuman pasti akan mengalami peningkatan cepat atau lambat. Sementara, produsen belum bisa menaikkan harga jual ke konsumen. Terlebih, saat ini optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi mengalami penurunan pasca hari raya Idulfitri 2024.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) menunjukkan indeks keyakinan konsumen (IKK) Mei 2024 sebesar 125,2 atau turun dibandingkan bulan sebelumnya 127,7.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper