Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) pada tahun terakhirnya telah merilis rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 yang akan dijalankan oleh pemerintahan baru, yakni Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming.
Melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), membagikan indikator sasaran ekonomi makro pada 2025.
Dalam dokumen rancangan awal RKP 2025, pemerintah merancang pertumbuhan ekonomi berada di rentang 5,3% hingga 5,6%.
Optimisme pertumbuhan tersebut didukung oleh stabilitas ekonomi makro yang diupayakan terus menguat dengan memastikan indikator makro fiskal tetap berkinerja baik untuk menjamin keberlanjutan pembangunan dalam jangka menengah-panjang.
Melalui target pertumbuhan itu pula, Indonesia akan mampu bertahan pada kategori upper-middle income countries atau negara berpendapatan menengah atas.
“Tingkat pertumbuhan ekonomi 2025 akan meningkatkan Gross National Income per kapita [Atlas Method] menjadi US$5.500– US$5.520 atau bertahan pada kategori upper-middle income countries pada 2025,” tulis dokumen tersebut, dikutip Senin (22/4/2024).
Baca Juga
Adapun, target-target yang akan dilaksanakan oleh pemerintahan pengganti Jokowi ini, petahana telah menyesuaikan RKP dengan Visi Misi dan Program Prabowo-Gibran.
Salah satunya, pembentukan Badan Otorita Penerimaan Negara dalam rangka meningkatkan rasio pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) atau tax ratio.
Harapannya, APBN dapat menyediakan ruang belania yang memadai bagi pelaksanaan pembangunan.
“Rancangan awal RKP ini disesuaikan dengan visi misi presiden terpilih yang pada gilirannya nanti akan dituangkan dalam RKP 2025 dan akan menjadi landasan untuk penyusunan rencana APBN 2025,” ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam Rakorbangpus 2024 dalam Rangka Penyusunan RKP 2025, Kamis (18/4/2024).
Berikut sasaran ekonomi makro 2025:
No | Indikator | Sasaran |
---|---|---|
1 | Inflasi (%, yoy) | 1,5-3,5 |
2 | Nilai tukar rupiah (Rp/US$) | 15.000 - 15.400 |
3 | Cadangan devisa (US$ miliar) | 149,5 - 153,7 |
4 | Cadangan devisa (dalam bulan impor) | 6,1 |
5 | Neraca transaksi berjalan (% PDB) | (0,4) - (0,2) |
6 | Kontribusi PDB industri pengolahan (%) | 19,3 - 19,6 |
7 | Kontribusi PDB Pariwisata (%) | 4,6 |
8 | Nilai Devisa Pariwisata (US$ miliar) | 22,10 |
9 | Penerimaan Perpajakan (% PDB) | 11,2 - 12 |
10 | Keseimbangan Primer (% PDB) | 0,00 - 0,00 |
11 | Surplus/Defisit APBN (% PDB) | (2,45) - (2,8) |
12 | Stok utang pemerintah (% PDB) | 38,78 - 39,3 |
13 | Pertumbuhan Investasi/PMTB (%) | 6,5 - 7,8 |
14 | Nilai realisasi PMA dan PMDN (Rp triliun) | 1.868,2 - 1.905,6 |
15 | Nilai realisasi PMA dan PMDN sektor sekunder (Rp triliun) | 805,5 - 842,2 |