Bisnis.com, JAKARTA - Harga Bitcoin mengalami kenaikan pada level tertinggi setelah halving ketiga yang mencapai US$68,991.85 pada Maret 2024, meski sempat mengalami penurunan level pada tahun 2022.
Dilansir dari Reuters pada Kamis (14/3/2024), efek halving Bitcoin memunculkan anggapan yang berbeda terhadap harga Bitcoin itu sendiri. Halving Bitcoin adalah perubahan pada teknologi blokchain yang mendasari Bitcoin sehingga mampu mengurangi laju pembuatan Bitcoin baru.
Satoshi Nakamoto, merupakan nama samaran pencipta Bitcoin, sejak awal telah merancang pasokan terbatas sebesar 21 juta token Bitcoin.
Halving ditulis ke dalam kode Bitcoin oleh Nakamoto, cara kerjanya mengurangi laju Bitcoin baru ke dalam sirkulasi dan jumlah token yang telah diluncurkan tercatat sekitar 19 juta token.
Fakta-fakta Seputar Halving Bitcoin
Lebih lanjut, Halving Bitcoin dapat terjadi karena teknologi blockchain melibatkan blok yang ditambahkan ke rantai proses atau disebut dengan penambangan.
Penambang akan menggunakan kekuatan komputasi untuk memecahkan teka-teki matematika yang sulit agar bisa membangun blockchain serta imbalan akan didapatkan dlam bentuk Bitcoin yang baru.
Baca Juga
Ketika halving terjadi, jumlah Bitcoin akan dipotong setengahnya sebagai imbalan bagi para penambang sehingga penambangan menjadi kurang menguntungkan dan produksi Bitcoin baru menjadi lambat.
Waktu terjadinya halving tidak bisa ditentukan secara pasti tanggalnya, tetapi diprediksi akan berlangsung pada April 2024. Blockchain dirancang setiap 210.000 blok ditambahkan ke rantai maka terjadi halving, kira-kira terjadi empat tahun sekali.
Para penggemar Bitcoin mengungkapkan kelangkaan Bitcoin akan mempengaruhi harganya. Beberapa analis dan pedagang menyampaikan semaikin mengurangi pasokan Bitcoin maka akan mendongkrak harga.
Dampak Halving Bitcoin
Sementara itu, anggapan lain juga muncul yang menantang pendapat tersebut, dampak apa pun yang terjadi telah diperhitungkan dalam harga Bitcoin saat ini.
Pasokan Bitcoin ke pasar sebagaian besar bergantung dengan penambang kripto. Namun, sektor ini dianggap tidak jelas serta data inventaris dan pasokan yang minim atau langka.
Apabila penambang menjual cadangan yang tersedia, akan memberikan tekanan terhadap harga.Transparansi pembeli dan alasan yang jauh lebih sedikit dibandingkan pasar lain membuat reli kripto sulit untuk diketahui.
Persetujuan Komisi Sekuritas dan Bursa AS terhadap ETF Bitcoin pada Januari 2024 dan ekspektasi suku bunga yang dipotong oleh bank sentral menjadi alasan yang paling umum atas lonjakan harga Bitcoin.
Dalam perdagangan kripto yang spekulatif, pendapat dari analis bisa menjadi kenyataan mengenai perubahan harga Bitcoin.
Halving sebelumnya juga tidak ada bukti yang menyebabkan harga Bitcoin mengalami kenaikan. Para pedagang dan penambang telah mempelajari halving sebelumnya sehingga mencoba untuk memperoleh keunggulan.
Halving terakhir pada 11 Mei 2020, harga mengalami kenaikan sekitar 12% pada minggu berikutnya. Bitcoin mengalami reli yang tajam pada akhir tahun ini.
Salah satu penyebabnya karena kebijakan moneter yang longgar serta investor ritel yang tinggal di rumah yang menghabiskan uang cadangannya untuk mata uang kripto. Tidak ada bukti nyata penyebab kenaikan harga akibat halving.
Halving yang terjadi pada 2016, terjadi kenaikan Bitcoin sekitar 1,3% pada minggu berikutnya, sebelum jatuh pada minggu berikutnya lagi.
Intinya, sulitnya memblokade dampak dari halving Bitcoin. Jika ada, halving mungkin terjadi di masa lalu atau memprediksi apa yang akan mungkin terjadi pada saat ini.
Regulator telah berulangkali mengingatkan Bitcoin merupakan pasar spekulatif, didorong oleh hype dan Fear of Missing Out (FOMO) serta memicu kerugian bagi investor justru ketika mereka bersamaan menerima produk perdagangan Bitcoin. (Ahmadi Yahya)