Bisnis.com, JAKARTA -- Perang Ukraina vs Rusia yang berkepanjangan bisa memberikan dampak meluas terhadap Indonesia.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mencermati semakin lama konflik Ukraina-Rusia dampaknya sangat buruk bagi Indonesia. Sejauh ini, paparnya, pembatasan akses pangan, dan meningkatnya proteksionisme secara langsung dari perang seperti India yang batasi ekspor beras berdampak ke harga beras di Indonesia.
Selain India, imbuhnya, ada setidaknya 40 negara lain yang melakukan proteksi berbagai jenis pangan entah dengan pembatasan kuota ekspor hingga penerapan bea keluar yang lebih mahal.
"Jadi situasinya memang pangan sangat riskan. Perang juga berpengaruh ke harga pupuk, dan biaya distribusi," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (13/3/2024)
Tak hanya itu, sebutnya, harga gas masih fluktuatif bergantung dari ekskalasi konflik dan strategi perang Rusia. Sementara bahan baku pupuk dari gas.
Indonesia juga berada dalam posisi Indeks Ketahanan Pangan di ranking 63 dari 113 negara. Malaysia dan Vietnam jauh lebih baik dari sisi ketahanan pangan dibandingkan dengan Indonesia. Alhasil, dia melihat apabila konflik Ukraina berlanjut hingga tahun depan, inflasi bahan makanan bisa menembus 11-12% yoy.
Baca Juga
Menurutnya, strategi untuk bertahan dalam kondisi saat ini adalah dengan menggelontorkan lebih banyak dana untuk pupuk subsidi, mendorong produksi pangan alternatif dan lokal, serta memastikan data stok pangan lokal valid.
Pemerintah juga harus mencegah spekulan yang memanfaatkan situasi untuk meraup marjin impor pangan. Oleh karena itu, teknologi pertanian harus digenjot, bantuan tunai pada keluarga miskin untuk menjaga daya beli.
"Diplomasi dagang mengamankan stok impor di berbagai negara juga mendesak dilakukan," tekannya.