Bisnis.com, JAKARTA — PT PLN (Persero) bakal mengusulkan kuota PLTS atap pada akhir April 2024 kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Direktur Retail dan Niaga PLN Edi Srimulyati mengatakan, perseroan saat ini masih mematangkan kajian ihwal dampak sifat intermiten dari PLTS atap terhadap sistem dan subsistem kelistrikan.
“Jadi PLTS atap itu sifatnya intermiten, dia keluar dan masuk secara fluktuatif, diperhitungkan potensi kuota PLTS atap sehingga optimal baik dari sistem untuk menjaga keandalan,” kata Edi saat sosalisasi Permen PLTS Atap di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Edi mengatakan, perseroan tengah memetakan beban puncak siang dan kebutuhan pembangkitan minimum pada sistem. Selain itu, kata dia, PLN turut mengkaji perencanaan pengembangan pembangkit yang telah ada dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
“Kita hitung semua pembangkit minimum yang harus kami standby kan untuk mengimbangi [intermiten] tadi,” kata dia.
Saat usulan itu diterima nantinya, dia menambahkan, perseroan bakal mulai memetakan klastering untuk kuota pemasangan PLTS atap di tengah masyarakat. Pemetaan klastering bakal dibuat 10 hari setelah penetapan kuota disetujui otoritas ketenagalistrikan Kementerian ESDM.
Baca Juga
“Setelah ada penetapan maka kami akan hitung per klaster, per klasternya itu per UP3 selvel kota madya atau kabupaten,” kata dia.
Selepas beleid revisi PLTS atap diteken akhir Januari 2024 lalu, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik (IUPTLU) bersama dengan Kementerian ESDM mesti merumuskan kuota paling lambat 3 bulan sejak peraturan menteri (Permen) anyar itu diundangkan.
Aturan anyar soal PLTS atap itu tertuang dalam Permen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap Yang Terhubung Pada Jaringan Tenaga Listrik Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P. Hutajulu mengatakan, kementeriannya tengah mengkaji keandalan sistem dan subsitem PLN menyusul potensi masuknya daya listrik intermiten dari PLTS atap.
“Indikasi angkanya sudah ada kita mengetahui bahwa keandalan sistem ini kalau dimasukan dengan sifatnya intermiten ada juga bayu, angin, kemudian PLTS juga kita pisahkan ground mounted dan atap,” kata Jisman saat sosalisasi Permen PLTS Atap di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (5/3/2024).
Jisman mengatakan, kementeriannya masih mengkaji ihwal kemungkinan gabungan atau sebagian daya setrum dari sejumlah pembangkit energi baru terbarukan (EBT) tersebut.
Dengan demikian, kata dia, isu soal intermiten kelistrikan bisa diatasi nantinya. Di sisi lain, dia meminta PLN untuk dapat meningkatkan fleksibilitas sistem dan subsistem selepas adopsi besar-besaran PLTS atap nantinya.
“Atas perintah Pak Menteri juga kepada PLN baik itu menggunakan smart grid atau membangun pembangkit-pembangkit yang sifatnya fast response seperti PLTA dengan dam,” kata dia.
Adapun, Kementerian ESDM mencatat realisasi kapasitas pasang pembangkit listrik PLTS atap baru mencapai 140 megawatt (MW) per Desember 2023.
Di sisi lain, Kementerian ESDM menargetkan kuota PLTS atap itu dapat mengejar ketertinggalan pemasangan kapasitas pembangkit listrik surya yang dipatok di level 3,6 gigawatt (GW) sampai akhir 2025 mendatang.