Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Surplus Neraca Dagang US$53 Miliar di 2024, Ekonom Bilang Begini

Kemendag menargetkan surplus neraca gagang mencapai US$53 Miliar di 2024. Bisakah tercapai?
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, SEMARANG - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) buka suara ihwal target surplus neraca perdagangan Indonesia yang dipatok Kementerian Perdagangan (Kemendag) sekitar US$31,6 miliar hingga US$53,4 miliar pada 2024.

Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, menilai, target tersebut dapat tercapai apabila terjadi windfall pada sejumlah komoditas unggulan Indonesia seperti minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO).

“Seperti Indonesia bisa surplus karena ada price booming di komoditas sawit sehingga nilai ekspor kita meningkat,” kata Esther kepada Bisnis, Rabu (21/2/2024).

Lebih lanjut, Esther mengatakan target tersebut dapat tercapai apabila pemerintah terus mendorong hilirisasi industri. Artinya, mendorong ekspor barang jadi atau setengah jadi agar nilai produk bertambah dan nilai ekspor meningkat.

“Selain itu, pemerintah harus mengurangi impor dan ekspornya ditingkatkan,” ujarnya.

Sementara itu, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, melihat target tersebut cukup realistis untuk dicapai mengingat kisarannya yang cukup besar.

Namun, dia menilai pemerintah perlu waspada mengingat permintaan global yang kian melemah di 2024 sehingga kemungkinan berdampak terhadap kinerja ekspor nasional.

Menurunnya permintaan global juga memengaruhi penurunan harga komoditas, utamanya komoditas Indonesia seperti nikel, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO), dan batu bara.

“Dari sisi impor pun kalau memang ada perlambatan dari global nampaknya kita juga akan mengimpor lebih sedikit sehingga kemudian on balance, terdampak dua-duanya ekspor dan impor kita,” jelasnya.

Oleh karena itu, dia meminta pemerintah untuk menggenjot ekspor nasional agar lebih kompetitif, alih-alih mengandalkan komoditas ekspor utama seperti nikel, minyak kelapa sawit, dan batu bara.

Lalu di sisi impor, dia mengharapkan pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai tukar agar nilai impor nasional tak meningkat drastis.

“Ini mungkin kebijakan yang paling realistis untuk mnejaga nilai impor tidak membludak,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper