Bisnis.com, JAKARTA — PT Agincourt Resources menyiapkan komitmen dana sekitar US$29 juta atau setara dengan Rp457,91 miliar (asumsi kurs Rp15.790 per dolar AS) untuk penutupan area Tambang Emas Martabe selepas putus kontrak 2033 mendatang.
Hitung-hitungan komitmen pascatambang itu berasal dari angka teranyar pada 2020 lalu.
“Kita sudah punya rencana penutupan tambang terakhir terupdate di 2020 angkanya lumayan US$29 juta yang kita siapkan nanti untuk kegiatan pascatambang masih sekitar 10 tahun lagi,” kata Manager Enviromental PT Agincourt Resources Mahmud Subagya dalam Seminar Nasional ESG di Jakarta, Jumat (26/1/2024).
Mahmud menuturkan, data-data jaminan tutup tambang itu sudah mulai diserahkan ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Data-data itu akan diserahkan sampai 3 tahun sebelum penutupan tambang.
Hingga saat ini, kata Mahmud, perseroan telah melakukan reklamasi lahan tambang seluas sekitar 40 hektare (ha), dari luas konsesi tambang sekitar 608 ha per Desember 2023.
“Kita sudah reklamasi sekitar 40-an hektare,” kata dia.
Baca Juga
Adapun, area Tambang Emas Martabe didasarkan pada kontrak karya 30 tahun generasi keenam dengan pemerintah Indonesia, yang akan berakhir pada 2033.
Luas wilayah mencakup 130.252 hektare atau 1.303 km² yang meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan Mandailing Natal. Luas wilayah operasional Tambang Emas Martabe di Kabupaten Tapanuli Selatan seluas 509 hektare per Januari 2022.
Tambang Emas Martabe mulai berproduksi penuh pada 24 Juli 2012 dan memiliki basis sumber daya 6,2 juta ounce emas dan 59 juta ounce perak per 30 September 2023. Kapasitas operasi Tambang Emas Martabe lebih dari 7 juta ton bijih per tahun untuk memproduksi lebih dari 200.000 ounce emas dan 1-2 juta ounce perak per tahun.