Bisnis.com, JAKARTA - Mesir berencana untuk membangun Ibu Kota baru yang megah di wilayah gurun pasir yang berjarak 45 km dari bagian timur Kairo.
Tidak tanggung-tanggung, pemerintah Mesir menyiapkan dana US$58 miliar Rp901 triliun untuk pembangunannya.
Melansir dari Reuters, Rabu (10/1/2024) Ibu Kota Negara yang akan menggantikan Mesir ini merupakan salah satu megaproyek yang diusung Presiden Abdul Fattah as-Sisi. Proyek ini dikenal dengan sebutan 'the New Administrative Capital' atau NAC.
Adapun, tujuan pembangunannya yakni untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengakomodasi lebih dari 105 juta jiwa populasi Mesir. Pemerintah Mesir berharap proyek ini akan menyerap separuh populasi Mesir yang akan tumbuh 1,6% per tahun.
Progres pembangunan Ibu Kota Baru Mesir cukup pesat, sebanyak 100.000 unit rumah telah selesai di bangun yang dapat menampung 1.200 keluarga. Kantor perbankan dan bisnis lainnya pun akan mulai pindah kantor pada kuartal I/2024.
Tahap pertama kota ini juga mencakup menara setinggi 70 lantai yaitu Gedung Opera. Menara ini disebut tertinggi di Afrika yang mencakup 5 aula, masjid besar, dan katedral terbesar di Timur Tengah.
Baca Juga
Kementerian Perumahan Rakyat Mesir telah menghabiskan 500 miliar pound Mesir atau setara US$16 miliar untuk infrastruktur dan bangunan tahap pertama.
Administrative Capital for Urban Development (ACUD), Khaled Abbas, mengatakan pegawai pemerintah akan mulai dipindahkan pada Juli mendatang ke kantor baru yang telah dibangun pada tahap pertama kota tersebut.
"Kami memiliki hampir 48.000 karyawan yang datang setiap hari," kata Abbas.
ACUD juga telah menyusun rencana untuk pembangunan tahap 2-4 pembangunan ibu kota. Pada fase 1-2 diproyeksi sebanyak 1,5 juta penduduk akan mengisi ibu kota tersebut. Adapun, fase kedua akan dimulai pembangunannya mulai akhir tahun ini dan ditargetkan selesai 2027.
Tahap kedua pembangunan infrastruktur akan menelan biaya 250-300 miliar pound Mesir. Di tengah keuangan Mesir yang masih di bawah tekanan karena nilai tukar yang tinggi dan melonjaknya utang, Mesir tetap percaya diri membangun ibu kota barunya itu.