Bisnis.com, JAKARTA – Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Indonesia yang cenderung meningkat dinilai menjadi tantangan utama dalam mengerek pertumbuhan ekonomi domestik yang lebih tinggi.
Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Wimboh Santoso menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan pada level 5% sejalan dengan meningkatnya ICOR.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ICOR Indonesia pada 2022 tercatat sebesar 6,25. Wimboh mengatakan semakin tinggi ICOR, maka investasi yang dilakukan tidak akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih besar.
“Pertumbuhannya kan flat 5%, mau investasi berapapun, itu akan mendorong hanya sedikit kenaikan output. Makanya kita kena trap di sekitar 5%, baik sebelum krisis Covid-19 maupun setelah krisis,” katanya dalam acara Economic Outlook IKA UNS, Jumat (29/12/2023).
Wimboh mengatakan dorongan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi hanya dapat dilakukan dengan menurunkan ICOR, salah satunya melalui pembangunan infrastruktur. Pasalnya, pembangunan infrastruktur akan memberikan multiplier effect yang besar terhadap perekonomian.
Selain itu, untuk menurunkan ICOR, Indonesia harus meningkatkan investasi di bidang teknologi, juga meningkatkan kualitas SDM.
Baca Juga
Wimboh juga menyoroti bahwa ICOR Indonesia pun merupakan yang tertinggi di antara negara Asean-5, sehingga menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk bisa menurunkan ICOR.
“Rumusnya sudah ada semua di kita, tinggal bagaimana nanti policy maker. Apalagi ada pemerintah baru, sehingga benar-benar bisa merealisasikan dan mempercepat proses multiplier ini, sehingga PDB kita tidak kena trap di 5%,” jelasnya.
Wimboh menambahkan untuk mendukung penurunan ICOR, Indonesia juga perlu memanfaatkan momentum dari akselerasi digitalisasi ekonomi di dalam negeri, baik dari sisi swasta maupun pemerintah.
“Ini akan meningkatkan governance, transparansi, dan efisiensi yang bisa menurunkan ICOR. Ini kunci dari digitalisasi. Bahkan, sektor swasta sudah lebih cepat digitalisasinya,” kata Wimboh.