Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom UI Wanti-wanti Penurunan BI Rate Terlalu Cepat Berisiko Tekan Rupiah

LPEM FEB UI Teuku Riefky mengingatkan bahwa penurunan suku bunga acuan atau BI rate terlalu cepat berisiko tekan rupiah.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan jajaran Deputi Gubernur BI dalam Konferensi Pers RDG BI di Jakarta, Kamis (23/11/2023)/Bisnis-Maria Elena
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan jajaran Deputi Gubernur BI dalam Konferensi Pers RDG BI di Jakarta, Kamis (23/11/2023)/Bisnis-Maria Elena

Bisnis.com, JAKARTA – Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan dipertahankan pada tingkat 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Desember yang akan diumumkan siang ini, Kamis (21//12/2023).

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa BI masih perlu menahan suku bunga acuan sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian global dan terkendalinya inflasi di dalam negeri.

Menurut Riefky, pemilihan waktu untuk menurunkan suku bunga menjadi krusial bagi BI. Pasalnya, Dia menjelaskan bahwa era higher for longer kemungkinan akan berlanjut meski The Fed mengindikasikan adanya potensi penurunan suku bunga acuannya tahun depan. 

Di sisi lain, suku bunga acuan BI saat ini berada pada titik tertinggi dalam 4,5 tahun terakhir dan memang memberikan BI ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga pada 2024.

Namun demikian, Riefky menilai bahwa BI perlu tetap waspada, terutama terhadap langkah yang akan diambil The Fed tahun depan.

“Menurunkan tingkat suku bunga terlalu dini berpotensi memicu arus modal keluar dan mendorong pelemahan rupiah, sedangkan terlambat menurunkan suku bunga acuan dapat menekan daya beli masyarakat dan menghambat pertumbuhan sektor riil,” katanya, dikutip Kamis (21/12/2023).

Di samping potensi pemangkasan suku bunga The Fed, Riefky mengatakan BI juga perlu memperhatikan risiko dari sisi tekanan inflasi akibat periode Pemilu dan berlanjutnya El-Nino.

Risiko lainnya, yaitu penurunan arus perdagangan seiring berlanjutnya pelemahan permintaan global dan potensi arus modal keluar akibat ketidakpastian ekonomi global dan tensi geopolitik.

Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Ryan Kiryanto juga memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan 6%, mempertimbangkan perkembangan eksternal dan internal.

Ryan menyampaikan bahwa bank sentral di negara maju saat ini cenderung menahan suku bunga acuannya sambil menanti tingkat inflasi turun ke target 2%. Bank sentral negara maju lainnya juga telah mendahului menurunkan suku bunga, menyusul laju inflasi yang sudah mendekati level 2%. 

“Diperkirakan pada pertengahan 2024 nanti bank-bank sentral negara maju akan memulai langkah penurunan suku bunga acuan dan kemungkinan besar akan diikuti oleh bank-bank sentral negara berkembang, sesuai dengan perkembangan inflasi yang sudah melandai cukup signifikan,” katanya.

Di sisi lain, imbuh dia, posisi dolar AS yang masih kuat terhadap mata uang kuat dunia lainnya menjadi pertimbangan bagi bank sentral lain untuk tetap menahan suku bunga acuan guna melindungi mata uang negaranya agar tidak terdepresiasi atau melemah terhadap dolar AS secara lebih dalam. 

Sementara di dalam negeri, Ryan mengatakan tingkat inflasi menunjukkan perkembangan yang baik, meski berpotensi meningkat pada Desember 2023 karena efek musiman karena momentum Natal dan tahun baru. 

“Untuk tetap menjaga margin atau spread antara suku bunga acuan dan inflasi tahunan sesuai ekspektasi pasar, maka pilihan untuk menahan BI rate menjadi rasional,” jelasnya.

Ryan pun berpendapat dengan situasi higher for longer di global, pemilihan waktu yang terbaik dan tepat untuk menyesuaikan suku bunga acuan menjadi sangat krusial bagi setiap bank sentral, termasuk BI.

“Pertimbangan utamanya adalah tercapainya target inflasi tahunan yang permanen atau stabil dan berkelanjutan dalam beberapa bulan ke depan,” kata dia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper