Bisnis.com, JAKARTA - Masih mendominasinya produk batu bara dalam transaksi Trade Expo Indonesia (TEI) 2023 dianggap menjadi pertanda bahwa diversifikasi produk ekspor Indonesia masih rendah.
Adapun produk terlaris dalam gelaran TEI ke-38 masih didominasi oleh batu bara dengan nilai transaksi mencapai US$13,8 miliar atau sekitar 45,2% dari total transaksi US$30,5 miliar. Pembelian batu bara banyak dilakukan oleh buyer dari China.
Selain batu bara, produk lainnya yang menyumbang nilai transaksi terbesar lainnya yakni chemical dan organic chemical sebesar US$3,73 miliar, produk manufaktur lainnya US$3,35 miliar, formal work force sebesar US$2,7 miliar dan produk elektronik sebesar US$652,62 juta.
Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira memandang, seharusnya pemerintah bisa mendorong penjualan produk-produk industri yang bernilai tambah di dalam gelaran TEI.
"Bukannya barang mentah seperti batu bara," ujar Bhima saat dihubungi, Rabu (20/12/2023).
Bhima mengatakan, dua langkah yang perlu dilakukan untuk memasifkan penjualan produk hilir. Pertama, mendorong industri dan promosi barang-barang olahan yang bernilai tambah.
Baca Juga
Selain itu, untuk mendorong industri penghiliran, kata Bhima, juga dibutuhkan stimulus insentif perpajakan maupun non-perpajakan yang tepat sasaran. Dengan begitu, ekspor bisa didominasi oleh barang-barang industri.
Dia pun menyebut, sejumlah produk hilir yang bisa digenjot promosinya yaitu baterai kendaraan listrik, suku cadang kendaraan listrik, produk makanan dan minuman, kerajinan, hingga produk farmasi dan obat-obatan. Menggantungkan produk mentah sumber daya alam (SDA) dianggap berisiko terhadap fluktuasi harga di pasar global.
Lebih lanjut, Bhima juga menilai bahwa anjloknya transaksi dari China pada TEI 2023 menjadi tanda mitra dagang tradisional tidak bisa terlalu diandalkan untuk ekspor di tahun depan.
Kemendag mencatat, nilai transaksi China pada TEI 2023 sebesar US$5,59 miliar atau berada di posisi ketiga. Di urutan pertama ada India dengan nilai transaksi sebesar US$7,58 miliar dan di urutan kedua ada Malaysia dengan transaksi US$6,32 miliar.
Nilai transaksi Negeri Tirai Bambu dalam gelaran TEI tahun ini turun hingga 47,75% dibandingkan transaksi pada TEI ke-37 tahun lalu sebesar US$10,7 miliar. Pada TEI 2022, China menempati urutan pertama sebagai pembeli dengan nilai transaksi terbesar, kemudian diikuti India US$1,5 miliar.
"Melihat realisasi dari TEI yang turun tajam ke China ini bisa jadi cerminan bahwa kinerja ekspor tahun depan juga cukup berat," ucap Bhima.