Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit sebesar Rp35 triliun atau 0,17% terhadap PDB.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan bahwa tingkat defisit tersebut sedikit lebih tinggi dari defisit 0,003% terhadap PDB pada Oktober 2023.
Andry memperkirakan defisit fiskal hanya akan mencapai 1,7% hingga 2,0% terhadap PDB pada akhir 2023, utamanya didukung oleh sisi penerimaan yang tetap kuat.
Dia menjelaskan defisit fiskal hingga Desember 2023 masih sangat kecil. Di sisi lain, realisasi belanja negara belum optimal, yang salah satu penyebab utamanya adalah harga komoditas yang relatif rendah sehingga beban subsidi yang ditanggung pemerintah juga lebih rendah dan berdampak pada rendahnya belanja subsidi.
“Tingkat inflasi domestik yang berada di bawah asumsi makro ekonomi pemerintah juga menyebabkan realisasi belanja relatif rendah,” katanya, Senin (18/12/2023).
Oleh karena itu, Andry memandang bahwa pemerintah masih memiliki ruang fleksibilitas fiskal yang cukup besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi ke depan.
Baca Juga
Tercatat, penerimaan pajak, termasuk cukai, mencapai Rp1.996 triliun hingga 12 Desember 2023, tumbuh 4,4% secara tahunan. Sementara itu, belanja pemerintah pusat mengalami kontraksi sebesar -5,9% secara tahunan atau mencapai Rp1.840 triliun.
Menurut Andry, pemerintah perlu mendorong percepatan belanja sekitar Rp540 triliun di sisa tahun ini, mengingat tagihan pemerintah biasanya dibayarkan pada akhir tahun.
Selain itu, percepatan belanja juga akan didorong oleh beberapa pengeluaran di sektor-sektor yang diprioritaskan, terutama proyek-proyek infrastruktur dan pencairan langsung untuk menjaga daya beli masyarakat.
Pada pertengahan tahun melalui Perpres 75/2023, target belanja negara tersebut dinaikkan menjadi Rp3.117,2 triliun. Jika dibandingkan dengan target pada Perpres 75/2023, angka belanja negara telah mencapai 83,03% dari target.
Lebih lanjut, Menkeu Sri Mulyani menjelaskan dari sisi pembiayaan hingga 12 Desember 2023, telah terealisasi Rp289,6 triliun dengan defisit APBN sebesar Rp35 triliun atau 0,17 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara, keseimbangan primer masih surplus Rp378,6 triliun.
“APBN awal defisitnya itu didesain di Rp598,2 triliun atau 2,84 persen dari PDB. Jadi defisit kita di 12 Desember yang hanya Rp35 triliun atau 0,17 persen itu jauh lebih kecil dari desain defisit awal yang sebesar Rp598,2 triliun,” ujar Menkeu Sri Mulyani.