Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan pemerintah ingin harga akuisisi 14% saham asing PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) yang murah untuk PT Mineral Industri Indonesia (Persero) (MIND ID).
Erick menegaskan pemerintah bakal mengambil sebagian konsesi INCO, apabila nilai sisa kewajiban divestasi sebagai syarat perpanjangan kontrak itu terlalu mahal.
“Masalah valuasi saya bertahan, kalau angkanya tidak ketemu di-relinquish saja, toh ada beberapa yang tidak perform dari Vale,” kata Erick di Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Erick menggarisbawahi INCO masih memiliki sejumlah komitmen yang belum terlaksana dalam kontrak karya (KK) hasil amandemen 17 Oktober 2014.
Misalkan, berdasarkan catatan MIND ID, INCO dianggap gagal untuk meningkatkan produksi nickel matte 25% pada proyek Sorowako dari rata-rata produksi aktual 2009-2013 belum terlaksana hingga saat ini.
Lewat KK amandemen 2014, INCO saat itu berkomitmen untuk berinvestasi pada pembangunan kapasitas dryer & klin untuk meningkatkan rata-rata produksi pada blok tersebut. Hanya saja belakangan, lewat pengajuan perpanjangan menjadi izin usaha pertambangan khusus (IUPK), INCO mengganti komitmen itu menjadi pembangunan pabrik high pressure acid leaching (HPAL) kapasitas produksi kurang lebih 60.000 mixed hydroxide precipitate (MHP).
Baca Juga
Pergeseran fokus investasi pada proyek Sorowako itu sudah disampaikan INCO kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif sebagai tahapan konversi KK INCO menjadi IUPK. Arifin menyetujui proposal itu lewat pengesahan rencana pengembangan seluruh wilayah (RPSW) pada 10 April 2023. Belakangan, INCO resmi mengajukan permohonan IUPK ke Kementerian ESDM pada 17 April 2023.
Selain itu, terdapat dua komitmen investasi INCO pada amandemen KK 2014 yang belakangan berubah di ujung masa konsesi. INCO mengubah usulan pengembangan fasilitas HPAL dengan Sumito pada kapasitas produksi sekitar 15.000 ton mixed sulphide precipitate (MSP).
INCO belakangan berencana membangun fasilitas HPAL bersama dengan Huayou pada kapasitas produksi sekitar 120.000 mixed hydroxide precipitate. MIND ID belakangan mengganggap usulan pengembangan proyek Bahodopi pada KK 2014 juga tidak menunjukkan kemajuan signifikan dari sisi keekonomian dan kelayakan bisnis.
“Ya, saya bertahan, dia [Vale] bertahan ya mestinya sulit ya kalau pemerintah, apalagi ini kan aset bangsa kita, aset negara, jadi bukan sesuatu yang inovatif, ini tinggal ngegali,” kata Erick.
Kendati demikian, dia mengatakan, pemerintah terus mendorong kerja sama INCO dengan Ford, Volkswagen, Huayou Cobalt di konsesi tambang saat ini.
“Seperti kita mendorong dengan CATL,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, aksi divestasi 14% saham INCO kepada MIND ID ditargetkan rampung pada 2024. Setelah itu, MIND ID akan mengenggam saham mayoritas INCO dengan kepemilikan saham 34%.
Dalam keterangan resmi INCO, transaksi pelepasan 14% saham ke MIND ID diharapkan selesai pada tahun 2024 dengan tergantung pada kondisi penutupan yang lazim.
Sementara itu, Vale Canada Limited selaku anak usaha Vale Base Metals Limited akan menggenggam sekitar 33,9% saham, sedangkan Sumitomo Metal Mining Co., Ltd sekitar 11,5%.
Saat ini, Vale Canada Limited sebagai pengendali Vale Indonesia menggenggam 4,35 miliar (4.351.403.820) saham atau setara 43,79%. Kemudian Sumitomo Metal Mining Co., Ltd memiliki 1,49 miliar (1.493.267.745) saham atau setara 15,03% Kepemilikan saham MIND ID pun saat ini tercatat sebanyak 1,98 miliar (1.987.267.745) saham atau setara 20%, sedangkan kepemilikan publik mencapai 2,02 miliar (2.024.694.780) saham atau setara 20,38%.
Chief Executive Officer Vale Base Metals Limited dan Presiden Komisaris PT Vale Deshnee Naidoo mengatakan, perjanjian ini merupakan langkah signifikan guna memenuhi kewajiban divestasi di Indonesia.
Saat ini, Vale Indonesia memiliki proyek senilai US$8,6 miliar atau setara Rp133,3 triliun (kurs jisdor Rp15.504,00) di Bahodopi, Sorowako, dan Pomalaa. Secara global pertumbuhan produksi nikel Vale Base Metals Limited berpotensi meningkat lebih dari 300 kt/tahun dari sekitar 175 kt/tahun saat ini.
“Perjanjian ini memperkuat komitmen kami untuk memajukan industri nikel Indonesia secara berkelanjutan, berdasarkan sejarah operasi kami selama 55 tahun di negara ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Sabtu (18/11/2023).