Bisnis.com, SOLO - Gerakan boikot produk Israel atau yang berafiliasi dengan negara tersebut berhasil. Akan tetapi, masalah baru muncul.
Belum lama ini, Indonesia dihebohkan dengan seruan boikot produk Israel atau yang berafiliasi dengan negara tersebut. Bahkan di media sosial, muncul daftar 121 produk yang disebut berafiliasi dengan Israel.
Kominfo dan MUI sendiri telah mengatakan bahwa daftar 121 produk tersebut hoaks. Sebab MUI tidak memiliki kewenangan untuk merilis produk yang harus diboikot.
Meski demikian, hal tersebut tidak menghentikan masyarakat untuk berhenti menggunakan produk Israel. Dan, gerakan boikot yang dilakukan tampak mulai terasa dan berhasil.
Akan tetapi keberhasilan boikot justru menimbulkan masalah baru yang cukup urgent.
Hal tersebut bisa dilihat dari banyak pihak yang mulai mengeluhkan dampak ekonomi yang terjadi jika boikot dilakukan dalam waktu yang lama.
Baca Juga
Direktur Eksekutif Segara Research Intitute, Piter Abdullah, tegas mengatakan boikot akan berdampak pada perekonomian jika dilakukan dalam waktu yang panjang.
"Boikot kalau dilakukan dalam jangka pendek, dampaknya kecil. Kalau dalam jangka waktu yang panjang akan berpengeruh terhadap ekonomi secara makro," katanya.
Bukan hanya Piter, Pelaksana Tugas Harian Ketua Umum Kadin Indonesia Yukki Nugrahawan mengatakan, aksi boikot menimbulkan dampak kerugian bagi dunia usaha.
Pasalnya, produk-produk yang diduga pro-Israel tersebut mayoritas diproduksi di Indonesia dan menyerap tenaga kerja dalam negeri.
"Aksi boikot yang belakangan marak terjadi, perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mengarusutamakan perlindungan kepentingan nasional," ujar Yukki dalam keterangannya, dikutip Kamis (30/11/2023).
Keluhan Sandiaga Uno
Dan dari semuanya, keluhan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menjadi yang paling mengkhawatirkan.
Bagaimana tidak, karena tidak adanya imbauan resmi dari pemerintah tentang daftar produk yang diboikot, masyarakat pun mulai "ngawur" dalam gerakannya.
Bahkan, Sandiaga mengatakan jika ada produk ekonomi kreatif karya anak bangsa yang turut menjadi sasaran boikot.
“Dampak yang telah terjadi dan sedang dilaporkan ke kami adalah boikot produk-produk ekraf yang dirasakan oleh para pengusaha,” kata Sandi dalam konferensi pers, dikutip Selasa (5/12/2023).