Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek IEA dan OPEC Beda, Harga Minyak Tetap Stabil

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tetap stabil, meskipun prospek IEA dan OPEC berbeda.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak stabil setelah reli jangka pendek lantaran pasar mencerna perbedaan pandangan mengenai prospek pasokan dan permintaan antara data IEA dan OPEC. Laporan industri juga menunjukan adanya peningkatan stok di Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (15/11/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2023 menguat 0,49% atau 0,38 poin menjadi US$78,64 per barel pada pukul 14.01 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Januari 2024 juga menguat 0,53% atau 0,44 poin ke US$82,91 per barel.

Minyak mentah WTI diperdagangkan berada di atas US$78 per barel dan Brent diperdagangkan mendekati US$83 barel. 

Badan Energi Internasional (IEA) menuturkan bahwa pasar minyak global tidak akan seketat yang diperkirakan pada kuartal ini, dikarenakan pertumbuhan produksi di AS dan Brasil yang melebihi perkiraan. 

Adapun, hal tersebut terjadi setelah penilaian dari OPEC yang menyoroti pertumbuhan yang kuat dan fundamental yang sehat. 

Analis di Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar menuturkan bahwa perbedaan pandangan dari kedua badan tersebut mungkin akan membuat pasar minyak tetap gelisah. 

Pada kuartal III/2023, harga minyak mentah Brent rata-rata sebesar US$85 per barel, dan kemudian menurun menjadi US$75 pada kuartal II/2024 karena kekhawatiran pada permintaan, meskipun kebijakan pasokan OPEC+ akan menjadi kunci. 

Minyak telah menurun tajam sejak pertengahan Oktober 2023 lantaran premi risiko perang Israel-Hamas menghilang, dan keraguan muncul mengenai prospek permintaan, sebelum naik dalam tiga hari hingga Senin (13/11). 

Sejak itu, minyak tidak memiliki arah yang jelas, dengan kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi global seimbang dengan indikator yang masih menunjukkan bahwa pasar berada dalam defisit.

Beralih ke AS, data inflasi yang lembut memicu pemikiran bahwa The Fed akan mulai menurunkan tingkat suku bunga pada pertengahan 2024, yang dapat membantu prospek konsumsi minyak jangka panjang dan membuat dolar jatuh. 

Namun, data dari China menunjukan melemahnya permintaan dalam jangka pendek, dengan aktivitas penyulingan turun ke level terendah sejak Juli bulan lalu karena margin yang lemah.

American Petroleum Institute yang didanai industri melaporkan peningkatan stok minyak mentah AS sebesar 1,3 juta barel minggu lalu, sementara stok di pusat produksi Cushing, Oklahoma, meningkat sebanyak 1,1 juta barel. Angka dari AlphaBBL juga menunjukkan ekspansi di Cushing. 

Kemudian, selisih antara dua kontrak Brent terdekat sebesar 27 sen per barel dalam struktur bullish backwardation, yang dibandingkan dengan US$1,55 per barel sebulan yang lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper