Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN (Persero) berencana akan menambah pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) dalam draft Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo mengatakan bahwa nantinya dalam RUPTL pembangkit berbasis EBT terdapat 75%.
“Jadi 75% penambahan kapasitas pembangkit adalah berbasis EBT sekitar 60-62 GW, sedangkan ada penambahan sekitar 20 GW yaitu penambahan pembangkit berbasis gas,” kata Darmawan saat RDP dengan Komisi VII DPR di komplek parlemen Senayan, Rabu (15/11/2023).
Darmawan merinci penambahan pembangkit berbasis EBT sebesar 75% tersebut meliputi penambahan pembangkit EBT bersifat baseload sebesar 31 GW.
Kemudian, EBT bersifat intermittent yaitu variabel angin dan solar sekitar 28 GW. Lalu, terdapat energi baru alias nuklir sebesar 2,4 GW dan bisa bertambah menjadi 5-6 GW.
Namun, dirinya menyebut bahwa dalam skenario penambahan pembangkit EBT membutuhkan investasi (capital expenditure/capex) yang besar.
Baca Juga
“Kemudian capex ini memang untuk EBT baseload jadi lebih besar, namun opexnya lebih kecil dibanding dengan coal maupun dengan gas,” ucapnya.
Lebih lanjut, Darmawan menyampaikan bahwa pihaknya bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah sepakat untuk merevisi RUPTL dengan menggunakan skenario bertajuk accelerated renewable energy development with coal phase down.