Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Suku Bunga Obligasi AS Jangka Panjang Melonjak, Yellen: Bukan Defisit, Tapi Perekonomian yang Menguat

Menteri Keuangan menuturkan bahwa lonjakan suku bunga obligasi jangka panjang adalah cerminan perekonomian AS yang menguat.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan delegasi pemerintah berkunjung ke Beijing, China untuk membahas bilateral AS-China./ Dok. Bloomberg.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan delegasi pemerintah berkunjung ke Beijing, China untuk membahas bilateral AS-China./ Dok. Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen menuturkan bahwa lonjakan suku bunga obligasi jangka panjang dalam beberapa bulan terakhir adalah cerminan dari ekonomi AS yang kuat. 

Yellen menuturkan bahwa lonjakan suku bunga obligasi jangka panjang tersebut tidak berkaitan dengan defisit anggaran yang semakin melebar akibat utang pemerintah. 

"Menurut saya, hal itu tidak terlalu terkait dengan defisit anggaran AS," jelas Yellen, seperti dikutip dari Bloomberg pada Sabtu (28/10/23). 

Yellen kemudian menyoroti bahwa suku bunga naik di sebagian besar negara maju. Menurutnya, kenaikan suku bunga, yang telah mengangkat suku bunga acuan obligasi pemerintah AS ke level tertinggi sebelum krisis keuangan global, lebih merupakan cerminan dari ketahanan yang orang lihat dalam perekonomian. 

Yellen sendiri menuturkan hal tersebut beberapa jam setelah dirilisnya data produk domestik bruto (PDB) AS yang tumbuh sebesar 4,9% pada kuartal III/2023 secara tahunan (year-on-year/yoy), mencatatkan laju pertumbuhan tercepat dalam hampir dua tahun. 

Pengeluaran konsumen yang kuat kemudian menjadi salah satu pendorong utama, yang pada gilirannya didukung oleh pasar tenaga kerja yang tetap kuat. Yellen mengatakan bahwa ia tidak akan terkejut jika AS mencapai laju pertumbuhan sebesar 2,5% pada 2023.

“Perekonomian terus menunjukkan kekuatan yang luar biasa dan hal ini menunjukkan bahwa suku bunga kemungkinan akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” jelas Yellen.

Ketua The Fed, Jerome Powell minggu lalu juga mencantumkan sejumlah alasan mengapa imbal hasil naik, termasuk argumen ketahanan ekonomi yang juga disampaikan oleh Yellen. 

Namun, ia juga menyebutkan bahwa fokus yang lebih besar pada defisit sebagai "kandidat" lain di balik pergerakan ini, selain dinamika lain termasuk menyusutnya portofolio obligasi The Fed.

Yellen juga memperingatkan bahwa tidak jelas apakah imbal hasil jangka panjang akan tetap lebih tinggi dalam jangka panjang. Tren yang telah menghasilkan tingkat imbal hasil yang rendah sebelum pandemi juga dinilai masih ada. 

Banyak pelaku pasar obligasi telah menunjukan pada peningkatan tajam dalam defisit federal sebagai aktor kunci di balik kenaikan imbal hasil. Kesenjangan anggaran pemerintah AS secara efektif berlipat ganda pada tahun fiskal yang berakhir pada September 2023. Diketahui juga bahwa beberapa lelang Treasury juga tidak disambut dengan baik dari pembeli. 

Pada Minggu depan, nantinya Departemen Keuangan akan memperbarui rencana penerbitan utangnya dengan para ahli strategi. Investor juga waspada tentang seberapa banyak tambahan yang akan dijual oleh departemen tersebut untuk sekuritas jangka panjang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper